Sukses

Tangkal Penurunan Ekonomi Akibat Corona, Pemerintah Harus Optimalkan APBN

Daegu, salah satu kota besar di Korea Selatan bagaikan kota hantu karena lonjakan virus corona di tengah warganya.

Liputan6.com, Jakarta - Virus Corona telah menyebarkan ketakutan yang nyata di seluruh penjuru dunia. Virus yang didapati berawal dari ini Wuhan, China ini dilaporkan telah menelan lebih dari 2.300 korban.

Tidak hanya Wuhan yang ditutup untuk aktivitas sehari-hari, terbaru Daegu, salah satu kota besar di Korea Selatan juga bagaikan kota hantu karena lonjakan virus corona di tengah warganya.

Hal ini tentu membawa dampak luar biasa pada perekonomian China dan global, contohnya saja sektor pariwisata. Untuk mencegah penyebaran virus baru, pemerintah di seluruh dunia telah memberlakukan pembatasan perjalanan pada orang yang akan bepergian dari dan ke China.

 

Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani berpendapat, virus Corona yang sudah banyak menyerang belahan negara lain tentu menjadi ketakutan yang juga dirasakan hingga Indonesia.

"Tak hanya tindakan dari pemerintah saja, masyarakat pun perlu mawas saat bepergian ke luar negeri sehingga menimalisir kemungkinan virus masuk ke Indonesia. Penting pula mengenali lebih jauh negara yang ingin dikunjungi sebelumnya," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (28/2/2020).

Pelemahan ekonomi Indonesia lainnya bisa terjadi karena China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2020, penurunan tajam terjadi pada ekspor migas dan non-migas yang merosot 12,07 persen, hal ini dapat terjadi karena China merupakan pengimpor minyak mentah terbesar, termasuk dari Indonesia.

Dari sisi impor juga terjadi penurunan 2,71 persen yang disumbang turunnya transaksi komoditas buah-buahan.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami perlambatan sekitar 0,23 persen, jika perekonomian China melemah satu persen akibat wabah virus Corona. Ia mengatakan, dampak virus Corona juga akan menyasar pada kinerja ekspor impor Indonesia pada Januari 2020.

“Walaupun status Indonesia pada saat ini belum ditemukan Virus Corona, sebenarnya dampak pada perekonomian negara kita sudah terasa. Strategi pemerintah saat ini untuk mengoptimalkan biaya APBN dan menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga daya beli masyarakat, kami pandang sudah tepat untuk menjaga perekonomian Indonesia tetap stabil.” pungkas Johanna.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BI dan Pemerintah Bahu-Membahu Tangkal Dampak Virus Corona

Dampak virus corona terhadap perekonomian dunia termasuk Indonesia mulai terasa. Salah satunya ke nilai tukar rupiah. Saat ini rupiah sudah melemah hingga tembus 14.000 per dolar AS.

Untuk itu Bank Indonesia (BI) melakukan koordinasi dengan pemerintah dalam memitigasi dampak dari penyebaran virus Corona. Koordinasi dilakukan dengan Presiden, Kementerian Perekonomian dan Kementerian Keuangan.

"Dari BI, kami kan sudah melakukan stimulasi bagi ekonomi kita," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Komplek Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (28/2/2020).

BI sudah melakukan penurunan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin menjadi sebesar 4,75 persen. Lalu merelaksasi kebijakan makro khususnya rasio intermediasi perbankan.

"Kami juga secara lebih cepat melakukan elektronifikasi untuk bansos, transportasi, dan transaksi Pemda," kata Perry.

Selain itu Bank Indonesia mempercepat agenda-agenda besar yang semula direncanakan pada sementer kedua menjadi triwulan I dan triwulan II. Setidaknya ada 10 agenda nasional dan internasional yang dipercepat.

Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung pemerintah mendorong sektor pariwisata, khususnya turis domestik. Misalnya mengadakan acara di Bali yang bekerja sama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia melakukan seminar dan kampanye.

"Kami juga akan jadwalkan dengan pemerintah berbagai event untuk mendorong turisme dalam negeri," kata Perry.

Sementara itu pemerintah lewat Kementerian Keuangan melakukan stimulasi dari sisi fiskal. Mempercepat penyaluran bansos, melakukan insentif untuk biaya pesawat untuk mendorong turisme di sejumlah kota.

Kementerian PUPR juga turut serta dengan mempercepat penyerapan anggaran dan berbagai pemberian insentif. "Ini upaya-upaya yang sangat terkoordinasi secara erat dari pemerintah dan BI untuk mitigasi dampak corona," sambung Perry.

Sebagaimana telah disampaikan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan lalu, virus corona memiliki dampak v shape. Pengaruhnya terbesar terjadi di bulan Februari. Bahkan kemungkinan bakal terjadi hingga pertengahan bulan Maret.

Namun setelah itu, mulai bulan April, Mei dan Juni akan terjadi pemulihan. Meski pemulihan tidak langsung total seperti semula.

"Kemungkinan perkiraan kami sampai dengan pulih itu 6 bulan," kata Perry mengakhiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.