Sukses

Menko Luhut: Hampir Semua Proyek Perikanan Kurang Perencanaan

Menko Luhut menyebut masih banyak proyek pengerjaan di sektor perikanan yang tidak berjalan optimal.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengakui masih banyak proyek pengerjaan di sektor perikanan yang tidak berjalan optimal. Salah satunya adalah progres pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto di Pantai Glagah, Kabupaten Kulonprogo, DIY yang masih mangkrak.

"Hampir semua proyek pengerjaan di perikanan banyak perencananya kurang baik jadi memang perlu di perbaiki supaya bisa bersiang," kata Menko Luhut saat ditemui di DPR RI, Jakarta, Senin (9/9).

Berdasarkan laporan diterima pihaknya, Pelabuhan Tanjung Adikarto sejak 2014 telah banyak menghadapi persoalan. Mulai dari studi kajian pembangunan, hingga penilaian kinerja pengelolaan lingkungan suatu perusahaan yang tidak dalam indikator yang terukur.

"Memang kami terus ternag banyak hadapi masalah soal ini banyak studi kurang lengkap pekerja tidak proper sehingga tidak berfungsi dan harus diperbaiki," katanya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan jika laut di selatan Pulau Jawa memiliki potensi yang sangat besar. Sehingga penyelesaian pembangunan pelabuhan-pelabuhan di selatan Pulau Jawa harus segera dilakukan.

Susi menyampaikan salah satu pelabuhan yang pembangunannya belum rampung adalah Pelabuhan Tanjung Adikarto yang dibangun di Pantai Glagah, Kabupaten Kulonprogo, DIY. Pelabuhan Adikarto yang pembangunannya sudah dilakukan sejak 2011 silam hingga saat ini belum bisa digunakan.

"Soal (pembangunan) pelabuhan di Jawa selatan, kita mesti duduk bareng. Menemukan pemerintah (DIY) Kemenhub dan KKP. Siapa bikin apa siapa membuat apa," ujar Susi di Hotel Inna Garuda, Rabu (1/8).

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Praktik Calo Bikin Penerimaan Pajak Sektor Perikanan Melempem

Tingginya keberadaan makelar di industri kelautan dan perikanan dalam negeri menghambat penerimaan pajak perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun mencoba membenahi hal tersebut. 

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP, Zulfikar Mochtar mengatakan, meski KKP sudah berbenah dengan reformasi sistem perikanan yang telah online, makelar dan calo masih jadi musuh besar RI di sektor kelautan.

"Iklim perikanan tangkap kita itu sudah semakin sehat. Kalau diperhatikan datanya dari tahun 2011-2019 selalu terjadi kenaikan stok ikan. Namun calo, broker, makelar ini masih cukup banyak jumlahnya," tuturnya kepada Liputan6.com, Rabu (10/7/2019).

Zulfikar menjelaskan, kebijakan Menteri KKP Susi Pudjiastuti untuk mengusir asing melaut di wilayah perairan RI tahun 2016 silam memang berdampak besar menaikan penerimaan pajak negara.

Tetapi, masalah unreported (kegiatan perikanan yang tidak terlaporkan sendiri) masih jadi kendala. Sehingga potensi keekonomian perikanan RI tidak terserap optimal.

"Tingkat kepatuhan pengusaha RI dalam melaporkan perikananya masih rendah. Misal dia nangkap seribu ton ikan dalam satu tahun tapi laporanya cuman 10 persen dari itu, sehingga implikasinya ke penerimaan pajak," ujarnya.

"Kedua marked down kapal ukuran misal 120 GT, eh dicek dokumennya ternyata hanya ditulis 30 GT, akhirnya mereka bisa akses BBM subsidi, melaut di wilayah 12 mil, perizinanya ke Pemda. Padahal mereka ini hitunganya bukan UMKM, sudah pengusaha. Ini sebabnya data yang masuk ke KKP jadi bias," tambah dia.

Oleh karena itu, pihaknya mengaku terus menggodok reformasi tata kelola perizinan perikanan tangkap seperti halnya melalui mekanisme online.

"Dengan mekanisme ini, proses-proses perizinan makin mulus. Sudah tidak benar bahwa proses perizinan menumpuk lagi. Jadi kita lakukan proses reformasi sebagai strategi perikanan tangkap," paparnya.  

3 dari 3 halaman

KKP Tak Pernah Persulit Perizinan Kapal Ikan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tidak pernah mempersulit perizinan kapal ikan tetapi mendorong pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan nasional untuk dapat meningkatkan transparansi usahanya sebagai upaya melesatkan produksi perikanan di Tanah Air.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Tangkap KKP Zulficar Mochtar menjelaskan, KKP tidak pernah mempersulit perizinan kapal para pelaku usaha melainkan mendorong peningkatan kepatuhan para pelaku usaha.

Zulficar menyatakan, hal tersebut untuk memberikan klarifikasi terdapat adanya anggapan yang mengemuka dari sejumlah pihak terkait dengan lamanya perizinan kapal yang kerap dikeluhkan oleh para pelaku usaha. 

Saat ini, KKP mencatat setidaknya terdapat 2.874 kapal yang izinnya sudah kedaluwarsa melewati masa enam bulan dan belum memperpanjang izinnya.

Akibatnya, ujar dia, proses cek fisik pun juga harus kembali dilakukan oleh para pelaku usaha.

Ia menyatakan bahwa terdapat sejumlah capaian positif terkait pembenahan di sektor perikanan tangkap, seperti saat ini, 72,5 persen dari 7.987 kapal yang terdaftar di KKP diidentifikasi sudah memiliki freezer untuk menjaga kesegaran produk ikan yang ditangkapnya.

"Dulu, kapal-kapal yang ada bergantung pada cold storage. Saat ini, mayoritas kapal sudah punya freezer sebagai rantai dinginnya untuk mendorong kualitas ikan yang segar," ucap Zulficar dikutip dari Antara, Senin (8/7/2019). 

Selain itu, guna meningkatkan kesejahteraan nelayan, KKP juga telah memberikan 1.048.000 premi asuransi untuk nelayan sepanjang tahun 2016-2018 sehingga nelayan lebih memperoleh jaminan perlindungan ketika melaut. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.