Sukses

Disetujui Pengembang, Revisi Aturan Rumah MBR Rampung Tahun Ini

Pemerintah merevisi Permen PUPR Nomor 403 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan merevisi Peraturan Menteri (Permen) PUPR Nomor 403 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat untuk meningkatkan kualitas hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Perubahan regulasi itu telah disetujui oleh pihak pengembang, dan ditargetkan untuk dapat segera rampung pada tahun ini.

Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid mengatakan, ada beberapa poin yang akan dirubah agar aturan tersebut dapat melindungi konsumen namun tidak merugikan pebisnis di sektor perumahan.

 

"Point-nya sebetulnya sudah semuanya sepakat. Contohnya kualitas. Semangatnya adalah merevisi itu meningkatkan kualitas, bahwa kita melindungi konsumen. Kemudian juga tidak merugikan para businessman, pengembang," ujar dia di Jakarta, Kamis (29/8/2019).

Peningkatan kualitas yang dimaksud, ia menambahkan, yakni agar rumah MBR bisa sesuai standar teknis yang ada dan juga tahan gempa. "Maksudnya kalau kita gempa 8.0 skala Richter itu masih aman," sambungnya.

Khalawi pun menyatakan, pemerintah telah berkomunikasi dengan pihak pengembang dan mendapat persetujuan untuk merevisi Permen 403/2002. Targetnya, perbaikan aturan bisa rampung dan diluncurkan pada 2019 ini.

Dia mengutarakan, memang masih ada beberapa pengembang yang mendiskusikan terkait batasan lahan rumah. Namun, ia menyimpulkan semuanya sudah sepakat.

"Pada prinsipnya sudah sesuai. Hanya masalah luasan saja, karena kita luasan maksimal 200 (m2). Ada yang minta 150 (m2) saja," tukas Khalawi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apartemen MBR dari BUMN Hanya Rp200 Juta

Kebutuhan akan hunian yang terjangkau tiap hari makin bertambah. Di satu sisi, pemain yang tergerak untuk mengembangkan tempat tinggal bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) relatif masih didominasi pengembang swasta.

Untuk itulah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, mengarahkan perseroan BUMN yang bergerak di sektor properti untuk ikut mendukung program Satu Juta Rumah lewat pasokan hunian murah.

“Sesuai arahan, pengembang BUMN sekarang diminta menyediakan sedikitnya 25% hunian bagi MBR di satu kawasan proyek. Bahkan harga jualnya harus dibanderol lebih rendah dibanding ketentuan harga dari Pemerintah. Rencananya kami (ADHI) akan menghadirkan apartemen MBR dengan harga kurang dari Rp200 juta,” kata Budi Saddewa Soediro, Direktur Operasi PT Adhi Karya (Persero) Tbk.

Hunian vertikal bagi MBR yang dihadirkan ADHI rencananya akan tersedia di LRT City Jaticempaka – Gateway Park sebanyak 2 tower, di LRT City Ciracas – Urban Signature (2 tower), dan LRT City Bekasi Timur – Eastern Green (4 tower).

“Meski demikian, kami sebenarnya berharap membidik end-user. Tetapi dari pengalaman sebelumnya, 60% pembeli dari kalangan investor tetap dibutuhkan demi cashflow yang baik untuk pengembangan proyek,” ujarnya saat ditemui Rumah.com.

End-user sendiri, menurut Budi, biasanya baru akan tertarik untuk membeli di kala suatu proyek khususnya apartemen sudah hampir rampung. “Namun yang mengejutkan, di Gateway Park saat ini sudah banyak keluarga muda yang berminat membeli untuk ditinggali. Bahkan mereka sudah melakukan NUP,” ia menambahkan.

 

 

3 dari 3 halaman

Pasokan Lebih Sedikit

Mengingat harga lahan yang sudah terlampau tinggi, ADHI mengakui bahwa porsi untuk MBR nantinya tidak sebanyak unit-unit komersial. Diketahui harga apartemen per meter persegi seperti di kawasan Jaticempaka, Bekasi sendiri sudah di atas Rp10 juta. Terlebih jika lokasinya berdekatan dengan stasiun Light Rapid Transit (LRT).

Mau cari properti dekat LRT? Klik dan cari daftar pilihannya dengan harga mulai dari Rp500 Juta!

“Kenaikan apartemen di kawasan sekitar stasiun LRT terbilang pesat. Sekitar bulan Juli, unit apartemen tipe studio di Gateway Park masih dilepas Rp15 juta per m2, sekarang sudah naik menjadi Rp17 juta. Harga ini memang lebih tinggi dibanding pasaran karena kami punya konsep dan akses lebih baik,” terang Project Manager Property LRT City Jaticempaka–Gateway Park, Ibnu Mahmud Junaidi.

LRT City Jaticempaka – Gateway Park dikembangkan dengan konsep Transit Oriented Development, yaitu pengembangan kota dengan kombinasi pendekatan compact, connect, transit, densify, shift, cycle, walk, mix serta mengadaptasi tata ruang campuran (mixed use) untuk memaksimalkan penggunaan angkutan massal LRT.

Dikembangkan di atas lahan seluas 5,9 Ha, proyek hunian tersebut akan menelan investasi sebesar Rp1,9 T. Pemasarannya sudah dilakukan sejak Juli kemarin, dengan catatan telah terjual 90% dari tower pertama.   

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.