Sukses

Serikat Pekerja Beberkan Bukti Kecurangan Produk Semen China ke KPPU

Kecurangan yang dilakukan terindikasi dari perbedaan harga yang sangat jauh antar produk semen lokal dengan produk semen China.

Liputan6.com, Jakarta - Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSP ISI) bersama Politisi Andre Rosiade memenuhi undangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait dugaan pelanggaran UU yang dilakukan perusahaan semen asal China menggunakan sistem predatory pricing atau jual rugi di pasar semen Indonesia.

“Hari ini saya diundang oleh KPPU untuk klarifikasi bukti-bukti permulaan dugaan pelanggaran UU Nomor 5 Tahun 1999 pasal 20 tentang aktivitas jual rugi (predatory pricing) yang dilakukan oleh pabrik semen asal Tiongkok” kata Andre di Kantor KPPU, Senin (26/8/2019).

Dia menjelaskan, terdapat sinyal jual rugi yang dilakukan oleh semen China dengan indikasi perbedaan harga yang sangat jauh antar produk semen lokal dengan semen pabrikan China. Padahal menurutnya, komponen bahan, sistem pembuatan dan biaya produksi relatif sama.

 

“Memang secara rata-rata biaya produksi semen lokal lebih mahal salah satunya karena komponen upah buruh yang berbeda antara pabrik lokal dengan pabrik asal China, namun bila dihitung dalam skala ekonomi perbedaan ini tidak terlalu signifikan. Tapi kok selisih harganya bisa begitu jauh? Ini ada apa?” jelasnya.

Andre  jugamengapresiasi kinerja KPPU yang menindaklanjuti laporannya tersebut. Dia berharap nantinya akan ada hasil yang baik bagi perusahaan [semen](https://www.liputan6.com/bisnis/read/3676288/semen-baturaja-bakal-optimalkan-kapasitas-produksi-pabrik-ii "") nasional melalui proses di KPPU.

"Saya berharap proses penyelidikan yang dilakukan segera rampung sehingga kita bisa mengetahui secara jelas dugaan pelanggaran pasal 20 UU Nomor 5 Tahun 1999 sehingga industry strategis kita bisa selamat dari marabahaya," kata Andre.

Andre menerangkan, saat ini pemanfaatan pabrik semen di Indonesia hanya sekitar 65 persen dari kapasitas terpasang. Hal ini karena kondisi over supply pasar semen nasional.

"Sejak 2015 pemerintah gencar memberikan izin pembangunan pabrik semen baru. Pabrik-pabrik semen baru ini didominasi oleh pabrik semen asal Tiongkok," papar Andre.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kalah Saing dengan Produk China, Industri Semen RI Terancam Bangkrut

Sebelumnya, kondisi pasar semen domestik mengalami kelebihan pasokan. Hal ini disinyalir akibat gencarnya semen asal China yang menjual harga di bawah pasaran di pasar semen Indonesia.

Pengusaha sekaligus Politikus Gerindra, Andre Rosiade menyampaikan, kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan karena akan merugikan produk semen Indonesia.

"Pasar semen lokal dalam kondisi sangat memprihatinkan atau terancam bangkrut. Kenapa itu bisa terjadi karena ada kebijakan predatory pricing. Jadi industri semen lokal itu terancam karena semen asal China karena mereka terindikasi menjual dengan menggunakan predatory pricingsehingga semen kita yang dimotori Semen Indonesia Grup BUMN kita hancur berantakan," tutur dia di Jakarta, Kamis (18/7/2019).

Anggota DPR RI terpilih periode 2019-2024 ini menilai, akibat kebijakan sepihak yang dilakukan produsen semen asal China, berdampak langsung terhadap penjualan hingga produksi semen dalam negeri yang menurun. Andre pun mencontohkan harga semen asal China jauh berbeda dengan semen lokal yang bisa dilihat di situs jual beli online.

"Pabrik Semen di Aceh, Semen Padang, Semen Baturaja, Semen Gresik, dan Semen Tonasa terpaksa menurunkan kapasitas produksinya, karena semen mereka tidak laku karena kalah bersaing. Di situs jual beli online harga semen lokal itu berkisar di Rp 51 ribu sedangkan semen asal Tiongkok berkisar di hargap Rp 34 ribu," ujarnya.

Selain itu, lebih jauh Andre menduga jika ada agenda semen asal China ingin mengambil alih pasar semen di Indonesia dengan langkah awal menjual harga semennya di pasaran atau predatory pricing tersebut. Jika mereka berhasil menghancurkan pasar perusahaan semen dalam negeri, menurutnya tidak menutup kemungkinan jika nantinya perusahaan-perusahaan semen dalam negeri akan diambil alih oleh perusahaan semen asal Negeri Tirai Bambu tersebut.

"Mereka terindikasi ingin menghancutkan semen lokal, setelah hancur mereka akan take overindustri semen dalam negeri ini dan ini membahayakan industri strategis kita yaitu industri semen," kata Andre.

3 dari 3 halaman

Kelebihan Pasokan, Industri Semen RI Sasar Pasar Ekspor

Senior Advisor Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Ery Susanto Indrawan menyebut pertumbuhan industri semen nasional kian menunjukkan tren yang positif. Ini ditunjukan dari kapasitas produksi industri semen dalam negeri yang kondisinya jauh melebihi permintaan (demand) domestik.

"Saat ini kami memang dalam kondisi over-supply. Kapasitas produksi kita saat ini itu 110 juta ton per tahun, jadi kita itu produsen terbesar di Asia Tenggara. Demand kita saat ini di tahun 2018 kita proyeksikan sekitar 70 juta ton, karena kan kemarin demand domestik kita hampir 67 juta, kita berharap growth kita masih di kisaran 4-5 persen," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis 19 Juli 2018.

Ery menjelaskan kondisi tersebut sebetulnya mulai terlihat sejak 2015. Hal ini ditandai dengan beroperasinya banyak pabrik baru yang dibangun baik oleh investor dalam negeri ataupun luar negeri seperti Holcim dan Conch Semen pada 2011-2012.

"Memang growth semen tahun 2011-2012 itu kan tinggi sekali di atas 10 persen, mungkin saat itu investor itu mengira pertumbuhannya akan tetap di atas 10 persen. Sehingga pada saat itu banyak investor masuk membangun industri semen," jelasnya.

"Membangun pabrik semen itu kan tiga tahun baru jadi, artinya 2015 itu baru beroperasi barengan semua, makanya ada jumping kapasitas dari 80 juta menjadi 110 juta di tahun ini," tambahnya.

Untuk mengantisipasi over-supply ini dikatakan Ery industri semen RI akan terus berupaya untuk menggenjot ekspor. "Tahun lalu kita sudah bisa ekspor sampai 3 juta ton. Kemudian kalau kita lihat ekspor sampai pertengahan semester 1 ini kita sudah sampai di 2,5 juta ton, artinya kita optimistis sampai akhir tahun bisa 5 juta ton," pungkasnya.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.