Sukses

Studi IMF: Uang Tunai Bakal Tergantikan Uang Digital

Hasil penelitian ini memperlihatkan betapa ketatnya persaingan perusahaan teknologi dengan perbankan dan perusahaan kartu kredit.

Liputan6.com, Jakarta - Studi terbaru dari International Monetary Fund (IMF) menunjukkan kalau uang tunai dan berbagai macam simpanan di bank akan tergantikan oleh kehadiran uang elektronik dan uang digital (cryptocurrency) di masa depan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tobias Adrian dan Tommaso Mancini-Griffoli ini dirangkum dalam dokumen The Fintech Note berjudul The Rise of Digital Money dan dipublikasikan Senin lalu.

Isinya, memperlihatkan betapa ketatnya persaingan perusahaan teknologi dengan perbankan dan perusahaan kartu kredit.

Dikutip dari Coindesk, Rabu (17/7/2019), sang penulis menyebutkan format uang digital semakin diminati oleh konsumen dan pembuat kebijakan.

"Uang konvensional bersaing ketat dengan uang elektronik, dimana uang tunai bisa disimpan dalam uang digital ini dengan nilai kurs yang disesuaikan," demikian bunyi pernyataan tersebut.

Demi menjaga eksistensi, perbankan disarankan untuk berinovasi dan menawarkan keunggulan yang tidak dimiliki uang elektronik dan uang digital.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masih Dipertanyakan Stabilitasnya

Meski begitu, format uang elektronik masih dipertanyakan stabilitasnya. "Memang mempermudah transaksi, namun jika pelanggan menyimpan 10 euro, dia juga harus mendapat 10 euro di masa depan," tulis peneliti.

Selain itu, makalah ini juga membahas tentang i-money yang memungkinkan pertukaran uang digital dengan uang kertas.

Peneliti langsung tertuju pada mata uang kripto besutan Facebook, Libra, yang berpotensi jadi i-money baru karena mata uang Libra bisa ditukar dengan mata uang pemerintah.

"Koin Libra dapat ditukar ke dalam mata uang kertas kapan saja dari nilai yang sedang berjalan dari portofolio yang mendasarinya, tanpa jaminan harga apa pun," lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Butuh Peran Bank Sentral

Di sini, peran bank sentral sebagai pengendali terbentuknya uang elektronik masa depan sangat dibutuhkan agar persaingan bisnis di lapangan tetap sehat.

"Salah satu solusinya adalah menawarkan akses penyedia uang elektronik baru terpilih ke cadangan bank sentral, meskipun dalam kondisi yang ketat. Melakukan hal itu menimbulkan risiko, tetapi juga memiliki berbagai keuntungan.

Tidak kalah pentingnya, bank-bank sentral di beberapa negara dapat bermitra dengan penyedia uang elektronik untuk secara efektif menyediakan digital mata uang digital bank sentral (CBDC) atau versi digital dari uang tunai," saran peneliti.

Makalah ini juga mengusulkan solusi yang berbeda, yaitu synthetic CBDC (sCBDC), di mana bank sentral akan menawarkan layanan penyelesaian kepada penyedia uang elektronik, termasuk akses ke cadangan bank sentral. Namun, semua fungsi lain akan menjadi tanggung jawab penyedia uang elektronik swasta berdasarkan peraturan.

sCBDC akan menjadi model yang lebih murah dan sedikit beresiko. Dengan konsep ini, sektor swasta masih memungkinkan untuk berinovasi dan berinteraksi dengan pelanggan, sementara bank sentral memberikan rasa kepercayaan dan efisiensi pada pelanggan secara bersamaan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.