Sukses

Ketua Kadin Beberkan Cara Hadapi Pelemahan Ekonomi Global

Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 dari 2,9 persen menjadi 2,6 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan lndustri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani turut mengomentari pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Diketahui, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 dari 2,9 persen menjadi 2,6 persen.

"Ya karena kita sudah tahu ini akan melemah, ya biasanya kita udah mulai antisipasi, pertumbuhan ekonomi dunia dikoreksi jadi 2,6 persen dari 2,9 persen dan beberapa negara dunia sudah mulai koreksi, indonesia belum dikoreksi," kata dia, saat ditemui, di kediamannya, Jakarta, Kamis (6/6/2019).

Dia mengungkapkan sejumlah hal yang perlu dilakukan Indonesia untuk menjaga kinerja perekonomian domestik. Salah satunya dengan menjaga konsumsi dan daya beli masyarakat.

"Kalau saya melihat kita sih sudah mulai mengantisipasi, tapi harus dilihat juga kalau kita kan lebih banyak pertumbuhan dari domestik konsumsi, jadi memang adalah yang penting daya beli ini harus dijaga," ungkapnya.

Investasi pun harus terus digenjot. Salah satunya pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah, lanjut Rosan, adalah memperkuat kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Kemudian yang agak tertinggal akhir-akhir ini adalah investasi. Nah ini adalah PR kita karena kontribusinya itu sampai 34-35 persen dari pertumbuhan perekonomian kita jadi ini memang harus dijaga," jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sektor yang Didorong

Dia pun mengatakan bahwa sektor yang perlu didorong oleh pemerintah ketika menggenjot investasi adalah sektor yang mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku impor.

"Sebenarnya kalau investasi di sektor ini yang bisa mengurangi ketergantungan kita kepada bahan baku, atau raw material. Kenapa? Karena raw material itu kontribusi bagi import itu kurang lebih 76 persen. Jadi itu salah satu kita harapkan, bahan baku atau raw material ini bisa dibuat di kita, untuk kurangi CAD kita," ujar dia.

"Kita ingin mengandalkan ekspor tapi ya ekspor kita masih tertekan, urutannya panjang nih. Jadi CAD masih minus akibatnya mata uang masih agak ini jadi masih banyak dan insya Allah harus bergerak lebih cepat saja," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.