Sukses

Warna Tembok Putih Tak Ideal di Kantor, Kenapa?

Berdasarkan psikologi warna, putih ternyata tak ideal di kantor.

Liputan6.com, Jakarta - Psikologi warna merupakan cara mengetahui bagaimana warna memengaruhi seseorang. Tak hanya di rumah atau pakaian, pilihan warna di kantor juga berdampak ke pegawai.

Dilansir dari Fast Company, bila tembok kantormu berwarna putih, maka disarankan untik segera mengubahnya. Warna tersebut dinilai gampang memberi distraksi ketika bekerja. Hal ini berdasarkan studi Universitas Texas.

Peneliti Nancy Kwallek mencoba menilai dampak warna ke produktivitas para pekerja, sebab ada pekerja yang terpengaruh oleh warna di sekitar mereka. Warna yang ia uji adalah merah, aqua, dan putih.

Tiga kelompok diminta mengerjakan tugas di tiga ruangan berbeda yang masing-masing memiliki warna tersebut. Hasilnya, ruangan berwarna putih memberi dampak negatif ke orang yang gampang terpengaruh warna maupun yang tidak gampang terpengaruh.

Namun, banyak kantor yang malah memakai warna bernuansa putih. "Warna putih tidak menolong kita menjadi produktif dan kebanyakan lingkungan kerja malah putih, bernuansa putih, atau abu-abu," kelas Kwallek.

Warna yang menjadi rekomendasi Kwallek di kantor adalah aqua. Ia menyebut ada studi yang menyebut pegawai menyukai kantor bernuansa biru atau biru kehijauan.

Sementara, menurut penelitian lain dari Univerity of British Columbia, warna kuning juga tak menjadi rekomendasi untuk tempat kantor seperti ruang konferensi. Pasalnya, kebanyakan warna cerah seperti itu malah membuat orang cemas dan gampang kesal.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hindari Pakai Baju Warna Oranye Ketika Wawancara Kerja

Psikologi warna ternyata tidak hanya penting dalam mendesain ruangan. Ketika wawancara kerja, ada warna yang baiknya dihindari: oranye.

Dilansir dari Southern Living, warna oranye memiliki asosiasi dengan sifat tidak profesional. Temuan itu berdasarkan survei 2.099 manager pencari kerja. Survei dilakukan pada CareerBuilder pada 2013, dan hingga hari ini CareerBuilder menyebut hasilnya masih relevan bagi pencari kerja masa kini.

Tentu memakai warna oranye tidak akan langsung menghilangkan kesempatanmu pada wawancara kerja. Namun, kesan pertama pada wawancara penting, sehingga lebih baik menghindari pakaian yang malah membuat pewawancara mengingat pakaian kita ketimbang kualitas kita.

"Tujuan wawancara adalah mengkomunikasikan nilai unik apa yang kamu bawa ke perusahaan dan budayanya. Aturan pegangan: pastikan orang-orang mengingatmu ketimbang pakaianmu," ujar Michelle Amer, chief people officer CareerBuilder.

Marty Lundstrom, pendiri Polished Professionals, mengajak agar menyiapkan pakaian wawancara sebelum Hari-H. Jadi, pada hari wawancara kerja kamu tak perlu pusing memikirkan pakaian yang pas.

Lundstrom juga menyarankan mencari tahu kultur perusahaan mengenai dress code. Andalkan media sosial untuk melihat bagaimana pegawai di sana berpakaian.

3 dari 3 halaman

Warna Netral Saat Wawancara

Bila tak tahu memakai warna apa, pakailah warna-warna netral. Manager pencari kerja terutama suka warna biru dan hitam yang masing-masing memberi kesan pemain tim dan kepemimpinan.

Warna abu-abu juga menjadi pilihan karena membuat kesan sifat logis. Selanjutnya, putih menandakan orang yang terorganisir dan cokelat sebagai pribadi yang bisa diandalkan.

Ann Sundstrom dari blog 9to5chic, menyarankan warna navy, abu-abu, krim, dan hitam. "Namun, pada wawancara berikutnya, saya pikir tak apa-apa untuk sedikit bersantai (dala memilih warna) dan biarkan kepribadianmu bersinar sedikit lebih banyak."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.