Sukses

Wika Bagi Dividen 2018 Rp 38,60 per Saham

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan membagikan dividen 2018 sebesar Rp 346,05 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan membagikan dividen 2018 sebesar Rp 346,05 miliar. Hal itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2018.

Dalam RUPST Tahun Buku 2018 PT Wijaya Karya Tbk ditetapkan sebanyak 20 persen dari total laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Jumlahnya sebesar Rp 346,05 miliar sebagai dividen. Dividen tersebut Rp 38,6049 per lembar saham.

Mengutip keterangan tertulis perseroan, Selasa (30/4/2019), dalam RUPST juga menyetujui usulan perubahan pengurusan Perseroan dengan susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan yang baru antara lain:

Komisaris Utama: Imam Santoso

Komisaris: Edy Sudarmanto

Komisaris: Freddy R.Saragih

Komisaris: Satya Bhakti Parikesit

Komisaris Independen: Iliana Arifiandi

Komisaris Independen: Achmad Hidayat

Komisaris Independen: Suryo Hapsoro Tri Utomo

Sedangkan jajaran Dewan Direksi adalah sebagai berikut:

Direktur Utama : Tumiyana

Direktur Human Capital dan Pengembangan : Novel Arsyad

Direktur Quality, Safety, Health,  and Environment : Danu Prijambodo

Direktur Keuangan : Ade Wahyu

Direktur Operasi I : Agung Budi Waskito

Direktur Operasi II : Bambang Pramujo

Direktur Operasi III : Destiawan Soewardjono

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kinerja 2018

Sebelumnya, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membukukan pertumbuhan laba bersih mencapai 52,89 persen pada 2018.

PT Wijaya Karya Tbk meraup laba bersih Rp 2,07 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,36 triliun.

Penjualan perseroan tumbuh 19,03 persen dari Rp 26,18 triliun pada 2017 menjadi Rp 31,16 triliun pada 2018. Penjualan itu belum termasuk proyek kerja sama operasi/KSO).

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 27,55 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 23,30 triliun.

Hal itu mendorong laba kotor perseroan tumbuh 25,32 persen menjadi Rp 3,60 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,87 triliun.

Beban penjualan perseroan naik menjadi Rp 10,44 miliar pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 9,95 miliar. Perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan lain-lain dari Rp 416,73 miliar pada 2017 menjadi Rp 1,12 triliun pada 2018. Laba usaha tercatat naik menjadi Rp 3,83 triliun pada 2018 dari periode 2017 sebesar Rp 2,32 triliun.

Dengan melihat kondisi itu, laba bersih per saham dasar naik menjadi 193,02 pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya 134,10.

Peningkatan laba bersih dan penjualan itu didukung oleh penerapan teknologi dan inovasi yang menghasilkan efisiensi pada beberapa proyek di antaranya penerapan teknologi BIM dan inovasi simulai WEB cyclone pada proyek new development of oecusse airport project.

Net profit margin (NPM) pada 2018 mengalami kenaikan sebesar 6,65 persen pada 2018 dibandingkan 2017 sebesar 5,18 persen.

Melihat kondisi itu, semakin kuat dengan dicatatkannya arus kas operasi yang positif sebesar Rp 2,72 triliun.

"Perolehan ini semakin memperkuat keyakinan Wijaya Karya untuk merealisasikan target pada 2019 ini," ujar Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk, Tumiyana, dalam keterangan tertulis, Rabu (20/3/2019).

Selain itu, aset perseroan tumbuh 29,65 persen menjadi Rp 59,23 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 45,68 triliun. Sementara itu, perseroan mencatatkan total liabilitas naik menjadi Rp 42,01 triliun pada 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 31,05 triliun. 

"Performa WIKA selama tahun 2018 menunjukkan bahwa kami sudah on track menghasilkan efisiensi dan berpotensi untuk terus bertumbuh secara finansial maupun portofolio proyek. Kami bersyukur bahwa WIKA telah dipercaya untuk menangani berbagai proyek strategis sehingga ruang PT Wijaya Karya Tbk untuk berkembang masih sangat luas," lanjut Tumiyana.

Secara rasio finansial, posisi hutang berbunga dibandingkan ekuitas perseroan (Gross Gearing Ratio) tercatat berada di level yang rendah yaitu hanya sebesar 0,79 kali, dengan batas hutang berbunga (debt covenant) sebesar 2,5 kali.

Bahkan apabila hutang berbunga dikurangi dengan posisi kas setara kas perusahaan dan dibandingkan dengan jumlah ekuitas, perseroan tercatat berada di posisi -0,02 kali.

Hal tersebut berarti PT Wijaya Karya Tbk memiliki kas setara kas Rp 13,97 triliun yang lebih tinggi dibandingkan dengan total hutang berbunga sebesar Rp 13,59 triliun.

 

3 dari 3 halaman

Kinerja Kuartal I 2019

Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 341,34 miliar pada kuartal I 2019, atau tumbuh 58,45 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Perolehan laba bersih tersebut ditopang oleh penjualan WIKA pada tiga bulan pertama 2019 yang mencapai Rp 6,50 triliun.

Direktur Utama WIKA Tumiyana menyatakan, capaian positif tersebut turut didukung oleh penggunaan teknologi terbarukan yang perseroan terapkan pada berbagai proyek.

"WIKA sedang mengembangkan Building Information Modelling (BIM) yang dapat menghasilkan visualisasi dengan menggabungkan gambaran situasi sekitar proyek dengan desain struktur yang akan dibangun. Dengan demikian, berbagai risiko dapat dimitigasi sejak awal serta membantu proses perencanaan yang lebih presisi dari segi biaya, mutu dan waktu," tutur dia, Senin, 29 April 2019.

Pada kuartal I 2019, WIKA tercatat berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp 10,91 triliun atau melonjak 62,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kontribusi terbesar capaian kontrak baru tersebut berasal dari sektor energy dan industrial plantsebesar Rp 5,01 triliun, infrastruktur dan gedung sebesar Rp 4,06 triliun, disusul sektor industri sebesar Rp1,40 triliun. Sementara itu, sektor properti menyumbang capaian kontrak sebesar Rp 443,23 miliar.

Serangkaian proyek baru yang berhasil diraih WIKA antara lain pengerjaan 1.185 unit logement di Ouargla, Aljazair, kemudian Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit V Site Development di Balikpapan, serta Hotel T3 di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.