Sukses

Sri Mulyani Lantik Andin Hadiyanto Jadi Staf Ahli Ekonomi dan Keuangan Internasional

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melantik Andin Hadiyanto sebagai Staf Ahli bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melantik Andin Hadiyanto sebagai Staf Ahli bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional.

Andin sebelumnya menjabat sebagai Executive Director World Bank mewakili Brunei Darussalam, Fiji, Indonesia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Nepal, Singapore, Thailand, Tonga and Vietnam.

"Kita sekarang memberikan kepada Pak Andin Hadiyanto sebetulnya ucapan selamat datang kembali di Indonesia dan sekaligus sudah di Kementerian Keuangan," ujar Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (7/12/2018).

Sri Mulyani mengatakan, pada 2018 dan tahun-tahun ke depan tantangan makro ekonomi dan terutama lingkungan internasional sangat dinamis. Tantangan ini tentunya akan membawa dampak dan gejolak bagi ekonomi Indonesia.

"Dan telah banyak mengikuti berbagai pertemuan internasional maka pengalaman dan pengetahuan tersebut akan memberikan cukup bekal yang tangguh bagi saudara Andien untuk bisa tidak hanya memahami kondisi ekonomi global dinamika yang terjadi," ujar dia.

Sri Mulyani berharap dengan pengalaman Andin, mampu memperkuat Kementerian Keuangan dalam menghadapi tantangan tersebut. Jadi ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah gejolak yang terjadi ke depan.

"Dan bagaimana tantangan tersebut akan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia baik dalam makro ekonomi maupun di dalam fiskal policy dan kita berharap bahwa staf ahli bidang makro ekonomi dan internal nasional akan bekerja secara penuh bekerja sama dengan unit-unit lain di kementerian keuangan," ujar dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani: Gencatan Perang Dagang AS-China Bisa Tenangkan Pasar

Sebelumnya, pertemuan G20 berhasil mencairkan suasana perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping mengambil keputusan gencatan senjata alias penundaan terhadap langkah-langkah kenaikan tarif selama 90 hari.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyambut baik hasil pertemuan tersebut meskipun tidak berarti ada penurunan tarif dagang kedua negara. Menurutnya, hal ini bisa menenangkan pasar yang sebelumnya banyak diguncang ketidakpastian.

"Tidak berarti apa yang sudah dilakukan tarifnya sudah turun. Paling tidak memberikan 3 bulan atau 90 hari bagi kedua belah pihak melihat aspek kesepakatan yang bisa menenangkan dari sisi awal tahun," ujar Menkeu Sri di Ritz Carlton, Jakarta, Senin 3 Desember 2018.

Sri Mulyani melanjutkan, pertemuan G20 juga membawa solusi bagi fluktuasi harga minyak dunia yang terus terjadi. Arab Saudi dan Rusia dalam kesempatan tersebut, bersedia melakukan diskusi mengenai ketersediaan pasokan minyak.

"Dari sisi minyak ada Rusia ada Saudi Arabia yang mereka bisa melakukan diskusi mengenai bagaimana mereka akan melihat respons dari pasar minyak dengan adanya supply kemudian proyeksi yang ada ke depan," ujar dia.

"Ini juga memunculkan suatu stabilitas dari sisi paling tidak kepastian supply-demand. Sehingga harganya tidak velotile naik secara drastis," sambungnya.

Hal-hal positif hasil pertemuan G20 ini, kata Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut, masih dibayangi oleh sejumlah resiko. Sebab, mekanisme tersebut belum dianggap sebagai suatu mekanisme yang reliable atau dapat diandalkan.

"Hal-hal positif ini masih dibayangi oleh hal-hal yang tidak pasti. Pertama, bahwa mekanisme tadi, multilateral, belum dianggap sebagai mekanisme yang reliable. Oleh karena itu, pesan dari G20 melakukan reformasi terhadap perdagangan dunia," tutur dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.