Sukses

Suku Bunga Acuan BI Naik, IHSG Menguat Tipis

BI menaikkan suku bunga acuan jadi 5,5 persen jadi pendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-days reverse repo rate 25 basis poin menjadi 5,5 persen jadi tenaga buat laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pada perdagangan saham sesi kedua, Rabu (15/8/2018), IHSG naik 12,26 poin atau 0,21 persen ke posisi 5.782,22. Indeks saham LQ45 menguat 0,33 persen ke posisi 905,98. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Sebanyak 201 saham melemah sehingga tahan penguatan IHSG. 144 saham menguat dan 127 saham diam di tempat.

Pada sesi kedua, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.819,64 dan terendah 5.689,93. Total frekuensi perdagangan saham sekitar saham 317.663 kali dengan volume perdagangan saham 6,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,9 triliun.

Investor asing jual saham Rp 133,67 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.621.

Sebagian besar sektor saham menghijau dengan kenaikan tertinggi didorong sektor saham pertanian sebesar 3,48 persen. Selanjutnya sektor saham aneka industri menguat 0,96 persen dan sektor saham infrastruktur mendaki 0,72 persen.

Sementara itu, sektor saham konstruksi turun 0,71 persen, sektor saham perdagangan melemah 0,08 persen dan sektor saham industri dasar melemah 0,05 persen.

Saham-saham catatkan penguatan antara lain saham RELI naik 11,11 persen ke posisi 300 per saham, saham AALI menguat 9,24 persen, dan sektor saham BWPT menanjak 8,05 persen ke posisi 1.280 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham YPAS turun 17,98 persen ke posisi 730 per saham, saham SIMA merosot 8,7 persen ke posisi 126 per saham, dan saham MDKA tergelincir 7,62 persen.

Di bursa saham Asia, sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 1,66 persen, indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,68 persen, indeks saham Thailand susut 0,96 persen.

Selain itu, indeks saham Shanghai tergelincir 2,07 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul indeks saham Singapura melemah 0,32 persen dan indeks saham Taiwan merosot 0,99 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, pelaku apsar merespons positif langkah BI menaikkan suku bunga acuan.

"Langkah efektif dari kebijakan BI dalam menetapkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menajdi 5,5 persen turut memberikan sentimen positif bagi IHSG maupun rupiah," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IHSG Susut 1,38 Persen pada Sesi I Imbas Defisit Perdagangan Juli 2018

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertekan. Rilis neraca perdagangan Juli 2018 kembali defisit USD 2,03 miliar menekan laju IHSG.

Pada penutupan perdagangan saha sesi pertama, IHSG merosot 1,38 persen atau 79,50 poin ke posisi 5.690,37. Indeks saham LQ45 susut 1,77 persen ke posisi 887,09. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Sebanyak 237 saham melemah sehingga menekan IHSG. 121 saham diam di tempat. 98 saham menguat. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 231.559 kali dengan volume perdagangan 4,7 miliar saham.

Nilai transaksi harian saham Rp 4,1 triliun. Investor asing jual saham Rp 122,09 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.621. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di posisi 5.819,64 dan terendah 5.689,93.

Dari 10 sektor saham, hanya sektor saham pertanian yang naik 0,78 persen. Sektor saham keuangan merosot 1,79 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar tergelincir 1,74 persen dan sektor saham tambang turun 1,49 persen.

Di tengah tekanan IHSG, ada sejumlah saham yang mampu menguat. Saham RELI naik 17,78 persen ke posisi 318 per aham, saham MTSM mendaki 13,85 persen ke posisi 148 per saham, dan saham ASJT melonjak 8,62 persen ke posisi 378 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham SSTM turun 24,36 persen ke posisi 416 per saham, saham YPAS merosot 17,98 persen ke posisi 730 per saham, dan saham ACES tergelincir 9,12 persen ke posisi 1.245 per saham.

Bursa Asia pun kompak melemah. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,58 persen, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,88 persen, indeks saham Thailand susut 0,59 persen, indeks saham Shanghai melemah 1,53 persen.

Selain itu, indeks saham Singapura turun 0,31 persen dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,68 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit perdagangan Juli 2018 mencapai USD 2,03 miliar. Laporan Ashmore menyebutkan defisit perdagangan itu tertinggi sejak 2013.

Meski data perdagangan ekspor menguat 19,33 persen tapi Indonesia masih alami defisit. Indonesia alami impor naik signifikan sebesar 31,56 persen. Pertumbuhan impor didorong dari kenaikan konsumsi. “Kami melihat impor barang konsumsi tumbuh 60,7 persen year on year sedangkan barang modal hanya tumbuh 24,8 persen,” tulis laporan Ashmore.

Ashmore menyebutkan, defisit perdagangan tersebut mengejutkan pasar dan berdampak negatif. Pelaku pasar perkirakan defisit hanya USD 625 juta. Sementara itu, rupiah bergerak di kisaran 14.625 per dolar Amerika Serikat dan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun 8,02 persen. IHSG turun didorong sektor saham keuangan dan barang konsumsi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.