Sukses

Bursa Asia Kompak Melemah Imbas Krisis Turki

Bursa saham Asia tergelincir pada perdagangan saham awal pekan ini.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia tergelincir pada perdagangan saham awal pekan ini. Tak hanya itu, sejumlah mata uang pun tertekan nahkan euro capai posisi terendah dalam satu tahun.

Hal itu lantaran mata uang Turki lira melemah berimbas ke mata uang Afrika Selatan rand dan mendorong permintaan aset investasi yang aman antara lain dolar Amerika Serikat, frans Swiss dan yen Jepang.

Krisis Turki pun menyeret indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 1,3 persen ke posisi terendah dalam lima minggu. Indeks saham Jepang Nikkei melemah 1,6 persen dan indeks saham acuan lainnya di bursa saham Asia tertekan.

Indeks saham S&P 500 futures melemah 0,4 persen. Imbal hasil surat berharga Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun turun ke posisi 2,85 persen. Demikian mengutip laman Reuters, Senin (13/8/2018).

Indeks saham unggulan di China pun merosot 1,4 persen. Indeks saham Hong Kong Hang Seng tergelincir 1,6 persen seiring dolar Hong Kong juga tertekan. Euro pun melemah, diikuti lira Turki berada di posisi terendah di kisaran 7,2400.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mata Uang Tertekan

Lira sedikit dapat dukungan saat Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak mengatakan sedang susun rencana aksi untuk meredakan kekhawatiran investor. Pengawas perbankan pun batasi transaksi swap.

Mata uang Lira jatuh pada kekhawatiran atas Presiden Turki Tayyip Erdogan yang meningkatkan kontrol ekonomi dan memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat (AS).

"Lira yang tertekan yang dimulai pada Mei sekarang terlihat pasti mendorong ekonomi Turki ke dalam resesi dan mungkin memicu krisis perbankan," ujar Ekonom Capital Economics, Andrew Kenningham.

Ia menambahkan, hal tersebut akan menjadi pukulan bagi aset emerging market atau negara berkembang.

Kenningham mencatat, produk domestik bruto (PDB) tahunan Turki sekitar USD 900 miliar atau hanya satu persen dari ekonomi global dan sedikit lebih kecil dari Belanda.

"Pasar saham Turki kurang dari dua persen dari ukuran pasar Inggris. Hanya 20 persen dipegang non-residen. Meski demikian, masalah Turki adalah angin lebih lanjut untuk euro dan bukan kabar baik untuk aset negara berkembang," ujar dia.

Terhadap dolar Amerika Serikat, euro sentuh posisi titik terendah sejak Juli 2017 di posisi USD 1,13700. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap yen ke posisi 110,21. Akan tetapi, sedikit menguat terhadap sejumlah mata uang ke posisi 96,43.

Peso Argentina dan rand Afrika Selatan juga melemah terhadap dolar AS. “Risiko penularan terjadi di bank-bank Spanyol, Italia dan Prancis yang terkena utang mata uang asing Turki, Argentina, dan Afrika Selatan,” tulis analis ANZ.

Di pasar komoditas, harga emas berada di posisi USD 1.208,21 per ounce. Sedangkan harga minyak Brent susut 14 sen menjadi USD 72,67 per barel. Sementara itu, minyak mentah AS naik dua sen menjadi USD 67,65.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.