Sukses

Rupiah Loyo, Industri Ini Malah Ketiban Untung

Pelemahan nilai tukar rupiah justru menguntungkan pelaku industri yang berorientasi ekspor.

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak begitu banyak berdampak kepada industri pertanian. Sebaliknya, untuk beberapa komoditas ekspor dari sektor tersebut, hal itu justru menguntungkan.

Ketua Komite Tetap Pengembangan Industri Derivatif Pertanian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Andi Bachtiar Sirang mengungkapkan, kegiatan ekspor hasil pertanian, seperti kopi hingga teh, akan meraup laba lebih seiring menguatnya dolar AS.

"Untuk sektor pertanian, khususnya komoditas ekspor kopi, kakao, teh, dan sawit, tentu menguntungkan karena penerimaannya dalam dolar AS," terang dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (24/4/2018).

Andi menjelaskan, terpuruknya nilai tukar mata uang Garuda itu pun tidak akan banyak berpengaruh terhadap penjualan komoditas pertanian di pasar domestik, sebab masih menggunakan rupiah sebagai ongkos produksinya.

Andi menyimpulkan bahwa sektor industri pertanian masih terbilang aman dari melemahnya rupiah.

Sementara itu, katanya, pelemahan rupiah justru akan merugikan para pelaku usaha yang komponen produksinya berbahan baku impor.

"Itu jelas cost production-nya akan naik, sehingga mengurangi margin penjualan. Atau kalau menaikkan harga jual, maka konsumen yang akan mengalami dampak berupa penurunan konsumsi," tuturnya.

Adapun siasat ditawarkan demi menindaklanjuti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Andi mengaku akan melakukan lindung nilai (hedging).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gubernur BI Ungkap Sebab Rupiah Kalah dari Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih melanjutkan tren pelemahan. Bahkan di beberapa pasar uang, rupiah telah diperdagangkan di angka 14.000 per dolar AS.

Bank Indonesia menganggap depresiasi rupiah itu murni dipengaruhi sentimen global, khususnya dari Amerika Serikat (AS). Dua hal yang menjadi sentimen, yaitu meningkatnya imbal hasil obligasi AS dan munculnya kembali ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang pada tahun ini diperkirakan akan terjadi sebanyak tiga kali.

"Kenaikan yield dan suku bunga di AS itu sendiri dipicu oleh meningkatnya optimisme investor terhadap prospek ekonomi AS seiring berbagai data ekonomi AS yang terus membaik dan tensi perang dagang antara AS dan China yang berlangsung selama tahun 2018 ini," kata Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, Selasa (24/4/2018).

Sejalan dengan itu, pada Senin kemarin semua mata uang negara maju kembali melemah thd USD, antara lain Jepang JPY -0,25 persen, Swiss CHF -0,27 persen, Singapura SGD -0,35 persen, dan Eropa EUR -0,31 persen.

Agus menegaskan, dalam periode yang sama, mayoritas mata uang negara emerging market, termasuk Indonesia, juga melemah.

"Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah (IDR) sesuai fundamentalnya, Bank Indonesia telah melakukan intervensi baik di pasar valas maupun pasar SBN dalam jumlah cukup besar," tambah Agus.

Disebutkan Agus, rupiah yang pada Jumat sempat terdepresiasi sebesar -0,70 persen, pada Senin hanya melemah -0,12 persen.

Angka ini lebih rendah daripada depresiasi yang terjadi pada mata uang negara-negara emerging market dan Asia lainnya, seperti Filipina PHP -0,32 persen, India INR -0,56 persen, Thai THB -0,57 persen, Meksiko MXN -0,89 persen, dan Afrika Selatan ZAR -1,06 persen.

Gambaran serupa juga tampak dalam periode waktu yang lebih panjang. Dengan dukungan upaya stabilisasi oleh BI, sejak awal April (mtd), rupiah melemah -0,91 persen, lebih kecil daripada pelemahan mata uang beberapa negara emerging market lain, seperti THB -1,04 persen, INR -1,96 persen, MXN -2,76 persen, ZAR -3,30 persen.

Demikian pula, sejak awal 2018 (ytd) rupiah melemah -2,35 persen, juga lebih kecil daripada pelemahan mata uang beberapa negara emerging market lain, seperti BRL -3,06 persen, INR -3,92 persen, PHP -4,46 persen, dan Turkey TRY -7,17 persen. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.