Sukses

Rupiah Melemah, Menko Darmin Tegaskan Belum Ada Rencana Ubah APBN 2018

Dalam APBN 2018 pemerintah menetapkan nilai tukar Rupiah sebesar Rp 13.400 per USD 1.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan pemerintah tidak akan melakukan perubahan APBN 2018 meskipun saat ini nilai tukar Rupiah terus melemah, bahkan menyentuh angka Rp 13.922 per USD.

Seperti diketahui, dalam APBN 2018 pemerintah menetapkan nilai tukar Rupiah sebesar Rp 13.400 per USD 1.

"Enggak. Tidak ada sesuatu yang membuat kita harus melakukan (Perubahan nilai tukar di APBN). Tidak harus panik sebetulnya," ujar Menko Darmin di Jakarta, Selasa (24/4/2018).

Dia menjelaskan, Rupiah memang akan sulit kembali ke nilai keseimbangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sekitar Rp 13.500 per USD. Ke depan, tidak menutup kemungkinan nilai keseimbangan nilai tukar akan dikaji kembali.

"Akan ada keseimbangan baru, tapi tidak bergerak terlalu tinggi. (Keseimbangan barunya berapa?) Saya tidak ingin sebenarnya pertanyaan seperti itu. Dia akan mengarah ke angka fundamentalnya dia," jelasnya.

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan pemerintah belum berencana melakukan stabilisasi Rupiah. Dia menegaskan, kebijakan tersebut merupakan kewenangan Bank Indonesia.

"Enggak perlu. Ini namanya kalau urusan seperti nilai tukar apalagi kalau penyebabnya dari luar, itu BI yang di depan, bukan pemerintah. Dia yang intervensi," tandasnya.

 Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Terus Tertekan, Dekati Level 14.000 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Pelemahan rupiah ini lebih disebabkan faktor eksternal.

Mengutip Bloomberg, Selasa (24/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.921 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.975 per dolar AS.

Namun kemudian, rupiah kembali melemah hingga menyentuh level 13.976 per dolar AS. Posisi ini merupakan pelemahan terburuk sejak 2016. Jika dihitung dari awal tahun, pelemahan rupiah mencapai 2,37 persen.

Sementara, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), pada hari ini rupiah dipatok di angka 13.900 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.894 per dolar AS.

Dolar AS memang terus perkasa di kawasan Asia termasuk terhadap rupiah. Penguatan dolar AS ini karena kenaikan imbal hasil surat utang AS berjangka waktu 10 tahun. Kenaikan imbal hasil ini menuju ke level psikologis, yaitu 3 persen.

Pada perdagangan kemarin, imbal hasil surat utang AS berada di angka 2,998 persen, yang merupakan level tertinggi dalam empat tahun ini. Kenaikan imbal hasil tersebut karena kekhawatiran peningkatan pasokan utang pemerintah AS dan tekanan inflasi dari kenaikan harga minyak.

Kepala perdagangan Asia Pasifik Oanda Singapura, Stephen Innes, mengatakan bahwa dolar AS mendapat tenaga yang besar dari imbal hasil surat utang AS.

"Semula pelaku pasar melihat bahwa kenaikan tidak akan besar, tetapi ternyata cukup tinggi akan kemungkinan berlangsung cukup lama," jelas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.