Sukses

Kekhawatiran Sanksi Iran Bawa Harga Minyak Naik

Hal lain yang mendukung harga adalah laporan yang menunjukkan adanya penurunan pasokan minyak mentah AS di pusat penyimpanan Cushing, Oklaho.

Liputan6.com, New York - Harga minyak naik karena investor khawatir sanksi Amerika Serikat terhadap Iran bisa mengurangi pasokan minyak dunia. Harga minyak dunia sempat jatuh di awal perdagangan, dipicu kekhawatiran bahwa kelebihan pasokan bisa kembali terjadi.

Harga minyak mentah Brent ditutup naik 65 sen, atau 0,9 persen, menjadi USD 74,71 per barel, setelah jatuh ke posisi USD 73,13. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS juga naik 24 sen menjadi USD 68,64 per barel.

Harga minyak ini rebound dari sesi terendah di USD 67,14. Perbedaan harga antara dua tolok ukur minyak itu terjadi sejak 8 Januari. Dalam perjalanan perdagangan, harga minyak Brent terus merayap lebih tinggi ke posisi USD 75,08 per barel.

Menteri perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan tidak perlu memperpanjang perjanjian antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen non-OPEC jika harga minyak menguat, melansir laman Reuters, Selasa (24/4/2018).

"Ini seperti tweet dengan tweet," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group. Dia mengatakan pasar berfluktuasi dalam menanggapi sikap dari Amerika Serikat dan anggota OPEC.

Di akhir perdagangan, pasar kembali pulih dengan keyakinan sanksi AS dapat mengurangi output Iran, bahkan jika negara memproduksi di atas kuota OPEC.

Hal lain yang mendukung harga adalah laporan penyedia informasi energi Genscape, yang menunjukkan adanya penurunan pasokan minyak mentah AS di pusat penyimpanan Cushing, Oklaho.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Naik ke Posisi Tertinggi sejak 2014

Sejak awal 2017, OPEC, Rusia dan produsen minyak mentah non-OPEC lainnya telah mengekang output untuk mengurangi kelebihan minyak global. Pakta ini akan berakhir hingga akhir 2018.

"Kami terus mengamati apakah gambaran fundamental terus mengencang," kata Gene McGillian, Wakil Presiden di Tradition Energy.

Pada awal perdagangan, harga minyak jatuh bersama dengan bahan baku lainnya setelah Amerika Serikat memberi waktu produsen aluminium terbesar Rusia Rusal lebih banyak waktu untuk mematuhi sanksi.

Bulan ini, harga minyak telah naik ke level tertingginya sejak akhir 2014. Harga telah didukung sanksi AS terhadap perusahaan dan individu Rusia dan oleh ketakutan Washington mungkin mengambil langkah-langkah baru terhadap perjuangan Venezuela dan terutama Iran.

"Tekanan harga tambahan berasal dari sanksi AS terhadap negara-negara pengekspor minyak utama Venezuela, Rusia dan Iran," kata Kerry Craig, ahli strategi pasar global di JPMorgan Asset Management.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.