Sukses

Usul KEIN Dipasena Masuk Proyek Strategis Nasional Tuai Dukungan

Dipasena pernah menghasilkan 2.000 ton udang per bulan dan mengekspor 20 ribu ton per tahun.

Liputan6.com, Jakarta Rekomendasi Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) untuk membangkitkan kembali pertambakan udang Dipasena di Lampung dengan menempatkannya sebagai proyek strategis nasional (PSN) menuai dukungan.

Ini seperti diungkapkan Mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih. Namun, dia mengingatkan jika pengelolaan pertambakan udang terbesar di dunia itu haruslah tetap secara murni bisnis yang modern, berkelanjutan dan tetap ditangani swasta.

"Jadi joint-venture antara swasta dengan BUMN Perikanan. Dan harus dengan tetap melibatkan langsung petambak rakyat setempat. Modelnya adalah seperti yang dahulu pernah dilaksanakan di saat kejayaan Dipasena," ujar dia, seperti dikutip Jumat (13/4/2018).

Rekomendasi kembali membangkitkan Dispasena dikemukakan anggota KEIN M Najikh usai rapat revitalisasi tambak udang rakyat Bumi Dipasena di Kemenko Perekonomian, Jakarta, beberapa waktu lalu. 

KEIN dalam waktu dekat rencananya akan meminta Presiden Joko Widodo untuk mempertimbangkan kawasan Bumi Dipasena sebagai proyek strategis nasional dan dengan menempatkannya di bawah presiden. 

Bungaran menyayangkan bahwa pertambakan Dipasena sekarang hanya menjadi pertambakan yang tradisional.

Padahal pada masa kejayaannya (1985-1998), Dipasena pernah menghasilkan 2.000 ton udang per bulan dan mengekspor 20 ribu ton per tahun. Pada 1995/1996, ekspornya pernah mencapai rekor 25 ribu ton, yang menjadikannya sebagai eksportir terbesar di dunia. Ini menghasilkan devisa USD 300 juta per tahun.

Dia mengingatkan, untuk membangkitkan kembali kejayaan pertambakan udang Dipasena, para pihak harus melihat ide dasar yang diemban keluarga Sjamsul Nursalim yang terpanggil untuk menggali sumber daya alam kampung halamannya.

Ini dengan melibatkan langsung rakyat petambak, dan telah terbukti berhasil mengembangkan agribisnis udang terbesar di dunia. 

Menurut dia, bila nantinya Dipasena dibangkitkan kembali, siapa pun yang akan mengelolanya sudah tidak usah mencari metode atau pendekatan lain. Namun ikuti model yang dijalankan sebelumnya yang bisa menjadi contoh dalam menjalankan agribisnis berkelanjutan.

Kemudian bila pemerintah diharapkan terlibat dalam revitalisasi atau rehabilitasi pertambakan Dipasena, sebaiknya itu dalam investasi infrastrukur yang merupakan kewajiban pemerintah. Tapi pengelolaan dinilai harus tetap secara bisnis swasta. 

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jadi Produsen dan Eksportir Terbesar

Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri mengatakan Indonesia dengan garis pantai 95.185 km atau terpanjang kedua di dunia memiliki potensi lahan pesisir untuk tambak udang 3 juta Ha atau terluas di dunia.

Mantan menteri perikanan itu mengingatkan, Indonesia seharusnya menjadi produsen dan eksportir udang budidaya terbesar di dunia.

Pertambakan udang Dipasena berada dalam kawasan terpadu seluas 98 ribu Ha di Lampung yang terapit antara sungai Mesuji dan sungai Tulang Bawang dengan pantai berhutan bakau sepanjang 75 Km. 

Kawasan pertambakan Bumi Dipasena sendiri meliputi luas 24 ribu Ha di kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang. Di dalamnya terdapat jaringan kanal sepanjang 1.300 km, pembangkit listrik 200 Mw, fasilitas pendukung seperti pabrik pakan, 180 kolam penelitian (R & D), hatchery benur, serta Kota Mandiri berpenduduk 100 ribu jiwa yakni keluarga dari 12. 000 lebih petambak dan 14.780 karyawan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.