Sukses

Saham Tertekan Saat Debut, Ini Kata Bos GMF Aero

Saham PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Tbk (GMFI) tertekan pada hari pertama perdagangan sahamnya.

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Tbk (GMFI) tertekan pada hari pertama perdagangan sahamnya. Saham perseroan sempat positif di Rp 408 per saham saat pembukaan atau naik Rp 8 dari harga yang ditawarkan ke publik Rp 400 per saham.

Namun tak lama, saham perseroan berada di zona merah. Saham anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ini bertengger di harga Rp 374 per saham pada pukul 11.59 WIB atau turun 26 poin (6,50 persen).

Direktur Utama GMFI Iwan Joeniarto mengatakan, kondisi demikian wajar terjadi. Dia optimistis saham perseroan akan positif sejalan dengan kinerja perseroan.

"Sebenarnya ini biasa, lagi uji market. Tapi yang jelas kita yang penting performace. Kalau performance naik terus, dan saya sangat optimis performance GMF karena sampai dengan sekarang yang kita targetkan tercapai," kata dia Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (10/10/2017).

Dia mengatakan, kinerja perseroan relatif sesuai sasaran. Dia menuturkan, kondisi tersebut akan terus dipertahankan sehingga nantinya akan mengerek saham ke zona hijau.

"Relatively kita on track, saya harapkan kalau performance tercapai apa yang kita janjikan dalam prospektus terpenuhi, saya yakin saham akan naik. Dan ini perlu kita jaga terus," ujar dia.

Perseroan mengincar pendapatan US$ 424 juta sampai akhir tahun ini. Menimbang rekam sejarah kinerja perseroan, dia yakin target tersebut terpenuhi.

"Target kita US$ 424 juta, setiap tahun kita selalu naik 9-10 persen dari budget tahun lalu. Saya yakin sampai September masih on track," ujar dia.

Pada sesi kedua perdagangan saham, saham PT GMF Aero Asia susut 6,5 persen ke posisi Rp 374 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 4.435 dengan nilai transaksi Rp 38,6 miliar.

Analis PT Binaartha Securities Reza Priyambada dalam laporannya menyebutkan, rencana ekspansi GMF untuk melebarkan perusahaan guna memberi nilai tambah untuk investor. GMF memiliki potensi besar seiring dengan pertumbuhan armada pesawat dan kebutuhan untuk perawatannya, baik secara rutin dan perawatan besar.

Di kala jumlah penumpang dan kebutuhan akan armada pesawat akan bertambah dalam beberapa tahun ke depan. Kebutuhan perawatan pesawat pun akan semakin beragam seiring dengan perkembangan teknologi. Di sini GMF dapat meraup pasar.

"Dengan ekspansinya untuk menambah kapasitas dan kapabilitas mengikuti perkembangan zaman, GMF akan bisa mengambil pasar di dalam dan luar negeri," ujar Reza.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

GMF Aero Asia Catatkan Saham Perdana

Sebelumnya saham anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yakni PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Tbk tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Selasa ini 10 Oktober 2017.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), perseroan melepas saham ke publik sebanyak 2,82 miliar saham. Saham tersebut ditawarkan dengan harga Rp 400 per lembar dengan nominal Rp 100.

Dalam aksi korporasi ini, perseroan menunjuk beberapa penjamin pelaksana emisi efek. Antara lain, PT Bahana Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas.

Perseroan juga mengalokasi saham kepada karyawan atau employee stock alocation (ESA). Perseroan mengalokasikan 76,6 juta lembar saham dengan harga pelaksanaan sama dengan harga penawaran.

GMF Aero Asia juga mengalokasikan untuk pelaksanaan program management and employee stock option plan (MESOP). Perseroan akan mengalokasikan sebanyak-banyak 485,6 juta saham.

Untuk diketahui, total saham yang ditawarkan GMF Aero Asia sebanyak 10 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor. Total dana yang akan diraup dari IPO sebanyak Rp 1,12 triliun.

Perseroan memangkas jumlah saham yang ditawarkan dari rencana awal sebanyak-banyaknya sebesar 10,89 miliar lembar saham yang keseluruhannya merupakan saham baru, atau setara dengan sebanyak-banyaknya sebesar 30 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor perusahaan setelah IPO. Adapun komposisinya 20 persen untuk publik dan 10 persen untuk investor strategis.

Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto mengatakan, dengan menimbang animo dari calon investor baik publik maupun investor strategis selama masa book building, serta untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, maka GMF memutuskan untuk melepas saham dengan komposisi 10 persen untuk publik pada saat IPO dan 20 persen untuk investor strategis pasca IPO.

"Kami yakin dan optimis ini adalah langkah terbaik untuk meningkatkan nilai perusahaan serta memberikan kontribusi lebih bagi Indonesia," kata Iwan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.