Sukses

Harga Minyak Mentah Jatuh Terpicu Kenaikan Pasokan

Harga minyak naik pada pekan lalu karena ketegangan di Kurdistan Irak setelah pemungutan suara berlangsung di wilayah tersebut.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia turun lebih dari US$ 1 per barel terpicu kenaikan pengeboran di Amerika Serikat (AS) dan output minyak OPEC yang lebih tinggi, membuat laju harga yang sempat mencapai kenaikan kuartalan terbesar ketiga dalam 13 tahun terhenti.

Melansir laman Reuters, Selasa (3/10/2017), harga minyak mentah AS ditutup turun US$ 1,09 atau 2,1 persen menjadi $ 50,58. Harga patokan minyak AS membukukan kenaikan kuartalan terkuatnya sejak kuartal kedua 2016.

Sementara harga minyak mentah brent, patokan global, turun 67 sen atau 1,2 persen menjadi US$ 56,12 per barel. Perusahaan membukukan kenaikan kuartalan ketiga sekitar 20 persen, kenaikan terbesar untuk kuartal tersebut sejak 2004, dan diperdagangkan setinggi $ 59,49 pada pekan lalu.

Harga minyak naik pada pekan lalu karena ketegangan di Kurdistan Irak setelah pemungutan suara berlangsung di wilayah tersebut.

Irak mengumumkan bahwa ekspornya naik sedikit pada bulan September sementara sebuah survei Reuters menunjukkan bahwa OPEC secara keseluruhan meningkatkan outputnya. 

Pengeboran di AS menambahkan enam rig minyak sampai 29 September, sehingga jumlah totalnya menjadi 750, menurut data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes General Electric Co.

"Kami telah melihat mereka menambahkan rig untuk pertama kalinya dalam tujuh pekan, sehingga juga dapat mengubah sentimen," kata John Tjornehoj, Analis Pasar Energi di CHS Hedging.

 

Laju harga minyak juga didorong tanda-tanda bahwa kekeringan minyak mentah dalam tiga tahun mereda, dibantu oleh kesepakatan pemotongan produksi di antara produsen global yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak.

Namun sebuah survei Reuters menemukan, produksi minyak OPEC naik bulan lalu, terutama karena produksi yang lebih tinggi di Irak dan juga Libya, anggota OPEC yang dibebaskan dari pemotongan output.

Namun, perusahaan minyak nasional Libya dalam sebuah surat pada Senin, menyatakan terjadi force majeure saat pengiriman dari Sharara, ladang minyak terbesar di negara itu.

Produsen minyak Timur Tengah khawatir kenaikan harga akan menggerakkan pengeboran minyak serpih AS, yang mendorong harga lebih rendah lagi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.