Sukses

Harga Emas Susut Usai Kesepakatan Trump dan Kongres AS

Harga emas tertekan usai alami reli dan pemerintah AS serta anggota parlemen yang setuju perpanjangan batas utang dan dana pemerintahan AS.

Liputan6.com, New York - Harga emas melemah usai pemerintah Amerika Serikat (AS) dan anggota kongres AS mencapai kesepakatan untuk memperpanjang tenggat waktu batas utang pemerintah AS.

Harga emas untuk pengiriman Desember turun US$ 5,50 atau 0,4 persen ke level US$ 1.339 per ounce. Sedangkan harga perak susut 0,17 persen atau tiga senin menjadi US$ 17,91 per ounce.

Presiden AS Donald Trump dan kongres sepakat untuk memperpanjang batas utang dan anggaran pemerintah hingga 15 Desember.

"Perkembangan itu memudahkan tekanan ke harga emas dalam waktu dekat, tetapi dampaknya terhadap jangka panjang kecil," ujar Nico Pantelis, Kepala Riset Secular Investor, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (7/9/2017).

Sementara itu pergerakan indeks dolar AS tak pengaruhi pergerakan harga emas. Indeks dolar AS berada di kisaran 92,11. Biasanya dolar AS berbanding terbalik dengan harga emas.

Data ekonomi AS belum mampu menguatkan dolar AS. Padahal data ekonomi AS yaitu Institute for Supply Management (ISM) mengatakan, indeks nonmanufaktur naik menjadi 55,3 persen pada Agustus dan 53,9 persen pada Juli. Ini mengindikasikan pertumbuhan stabil bagi perusahaan AS.

Menjelang sesi terakhir perdagangan, respons pasar terhadap prospek kenaikan suku bunga the Federal Reserve melambat telah bebani dolar AS dan mengangkat harga emas.

Ini lantaran pernyataan pejabat bank sentral AS soal suku bunga. Pimpinan the Federal Reserve Dallas Robert Kaplan mengatakan, kalau the Federal Reserve mampu bersabar karena inflasi rendah. Pimpinan the Federal Reserve lainnya Brainard mengatakan kalau bank sentral harus memperlambat laju kenaikan suku bunga mengingat data inflasi yang rendah.

Sedangkan pejabat the Federal Reserve lainnya yaitu Neel Kashkari mengatakan, kalau kenaikan suku bunga memungkinkan meski berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Kumpulan komentar ini akan membuat data indeks harga konsumen menjadi perhatian selanjutnya. Data itu keluar pada 14 September. Yang lebih penting lagi dipikirkan yaitu meningkatkan pandangan kalau inflasi menjadi penentu utama apakah the Federal Reserve akan melanjutkan kenaikan suku bunga lainnya," ujar Charalambos Pissouros, Analis IronFX Global, seperti dikutip dari laman Markjetwatch.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.