Sukses

Jelang Pidato Trump di Depan Kongres, Wall Street Tergelincir

Janji Trump untuk menjalankan reformasi pajak dan akan membangun infrastruktur membuat Wall Street terus reli.

Liputan6.com, New York - Wall Street tertekan pada penutupan perdagangan saham Selasa sore (Rabu pagi waktu Jakarta). Faktor yang menjadi penekan gerak bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini adalah prospek kinerja keuangan emiten yang mengecewakan. Di samping itu, investor juga sedang menunggu pidato Presiden AS Donald Trump di depan kongres.

Mengutip Reuters, Rabu (1/3/2017), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 31,19 poin atau 0,15 persen angka ke 20.806,25. Indeks S&P 500 juga kehilangan kekuatan 7,73 poin atau 0,33 persen ke angka 2.362,02. Sedangkan Nasdaq Composite telah menjatuhkan 39,10 poin atau 0,67 persen ke 5.822,80.

Dow Jones kembali tertekan setelah dalam beberapa pekan terakhir terus-menerus membukukan rekor tertinggi.

Janji Trump untuk menjalankan reformasi pajak dan akan membangun infrastruktur membuat Wall Street terus reli dan mencatatkan rekor tertinggi. Dengan terpilihnya Trump mengalahkan Hillary Clinton dalam pemilihan presiden AS membuat kepercayaan pelaku pasar tumbuh.

Trump dijadwalkan akan pidato di depan kongres pada Selasa malam waktu setempat. Investor mengharapkan dalam pidato tersebut Trump akan memberikan sinyal yang lebih jelas mengenai rencana reformasi perpajakan dan pembangunan infrastruktur seperti yang telah dijanjikan pasa masa kampanye.

"Pertanyaannya sekarang adalah seberapa sabar pelaku pasar menunggu janji tersebut menjadi kenyataan," jelas analis Prudential Financial, Newark, New Jersey, AS, Quincy Krosby.

Investor terus mendorong bursa AS dengan optimisme akan rencana reformasi Trump yang bisa mendorong tertumbuhan ekonomi. Namun sejauh ini belum ada tanda-tanda hal tersebut bakal terwujud.

Selain itu, sentimen lain yang menekan Wall Street adalah kinerja beberapa eminten yang berada di bawah target.

Saham Target Corporation, salah satu perusahaan retali terbesar di AS, tertekan 12,5 persen setelah perkiraan laba perusahaan di 2016 dari para analis meleset jauh dari realisasi.

Saham lainnya yang tertekan adalah Charles Schwab. Perusahaan keuangan ini tertekan setelah menyatakan bahwa perusahaan akan memotong biasa biaya transaksi yang akan berdampak kepada pendapatan. Sebelumnya Fidelity Investments juga telah melakukan hal yang sama. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini