Sukses

Pertamina Setop Pasokan Solar, Apa Dampaknya ke Pasokan Listrik?

Direktur Utama PLN, Nur Pamudji menuturkan, pihaknya berharap segera mendapat harga sesuai kesepakatan dengan Pertamina.

Liputan6.com, Jakarta - Ketidakcocokan harga solar antara PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero), membuat Pertamina berencana menghentikan pasokan solarnya, namun apa yang terjadi jika hal tersebut terjadi?

Direktur PT PLN Nur Pamudji mengatakan, sampai saat ini kondisi kelistrikan di beberapa daerah yang masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) masih aman. Namun ke depannya ia tak bisa menjamin jika pasokan listrik untuk daerah tersebut.

"Saya tidak bisa berandai andai. Sampai hari ini kondisi masih aman. Saya tidak mau berandai-andai untuk besok," kata Nur, di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Kamis (8/7/2014).

Nur mengungkapkan, pihaknya akan melakukan pertemuan dengan pihak Pertamina untuk mencari jalan keluar atas perseteruan ini. Ia pun berharap segera mendapat harga sesuai kesepakatan.

"Kami akan rapat sekali lagi bersama Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan. Tapi nanti sore ini tim teknis PLN bertemu dengan tim teknis Pertamina. Semoga segera ada kesimpulan harga yang baru," tutur Nur.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengungkapkan, sampai semester II kerugian Pertamina atas penjualan solar dengan harga yang tidak sesuai keekonomia ke PLN mencapai  US$ 45 juta. Sehingga sampai akhir tahun 2014 diperkirakan mencapai US$ 90 juta atau sekitar Rp 1 triliun.

"Kerugian kami tahun lalu US$ 28 juta, semester satu tahun ini US$ 45 juta. Kalau engga dikoreksi kerugian kita bisa sampai US$ 90 juta atau sekitar Rp 1 triliun lebih untuk tahun ini," ungkap Hanung.

Hanung mengungkapkan, pihaknya  melakukan negosiasi harga untuk mencari kesepaktan. Namun jika tidak menemukan kesepakatan Pertamina akan menggantikan pasokan solarnya ke PLN.

"Kalau ada kesepakatan kontrak kami akan suplai. Dalam aturannya setelah kami suplai 50 persen kuota tahun lalu kita bisa pakai harga keekonomian. Kalau tidak bisa setop," pungkasnya. (Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini