Sukses

Strategi Kementan Hadapi Dampak Elnino

Di beberapa wilayah Indonesia telah menunjukan dampak dari adanya Elnino tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramalkan Indonesia akan menghadapi masa kemarau atas dampak El Nino yang jatuh periode Agustus hingga September pada tahun ini.

Tentu hal tersebut dikhawatirkan karena kemarau mengancam kekeringan di sejumlah lahan-lahan pertanian di tanah air.

Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengaku di beberapa wilayah Indonesia telah menunjukan dampak dari adanya El Nino tersebut.

"Memang kemarin saya dari  NTB, di sana 2 minggu sudah tidak turun hujan. Tapi  cerita lain, Sidoarjo masih kebanjiran. Masih ada daerah-daerah lain yang belum stabil untuk masalah ini. Nah jadi memang kalau ke timur sudah mulai kering," kata dia Jakarta, Senin (23/6/2014).

Lanjut Rusman, pihaknya telah menyiapkan sejumlah antisipasi untuk menghapi kekurangan stok pangan di Indonesia dampak dari Elnino tersebut.

Kementerian Pertanian (Kementan) telah memberikan kalender tanam agar para petani bisa menyesuaikan komoditas apa saja yang ditanam saat musim kemarau.

Tambahnya, dengan adanya kalender tanam para petani bisa memilih varietas produk yang memiliki masa panen yang lebih pendek. Dengan memberlakukan kalender tersebut diharapkan para petani Indonesia dapat tertolong.

"Bagaimana petani bisa memanfaatkan varietas-varietas padi yang umurnya pendek, kalau bisa yang 90 hari lebih bagus. Artinya, ketika dia sudah mulai panen, karena umurnya pendek sudah sempat dipanen. Kalau umurnya 120 hari itu sangat tidak tertolong," lanjut dia.

Selain itu, Kementan menyiapkan antisipasi berupa sistem pompanisasi. Rusman mengatakan pihaknya akan menggali sumur-sumur lebih dalam dengan harapan ketika musim hujan sumur tersebut bisa terisi air lagi.

Akan tetapi, jika penggalian sumur tak bisa menghadapi dampak Elnino maka langkah yang diambil adalah mengambil sumber air dari tempat lain menggunakan truk-truk tanki.

"Kalau itu tidak bisa ya barangkali kita akan mengambil sumber air di tempat yang jauh dengan tanki-tanki. Itu akan sangat mahal. Petani itu kan pilihannya dua, dia rugi sama sekali, atau dia harus mengeluarkan lebih mahal," tukas dia. (Amd/Nrm)

    

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini