Sukses

Informasi Kota

  • Area935.92 km2
  • Populasi315,872 jiwa (2014)
  • Kode telepon+62 967
  • Zona WaktuWIT
  • ProvinsiPapua, Indonesia
  • BahasaIndonesia
  • NegaraIndonesia
  • SemboyanPrasetya Adi Karya

Jayapura adalah ibu kota dari Papua. Kota ini sempat disebut dengan Kota Baru atau Sukarnopura, kemudian mantan presiden Indonesia, Suharto, kembali menamainya dengan nama Jayapura. Awal mulanya, Jayapura ditemukan oleh pelaut berbangsa Spanyol bernama Ynico yang tiba di dekat sungai Mamberamo pada tahun 1545 dan ia menamai daerah tersebut dengan nama Nova Guinea.

Pada perang dunia ke-2, Irian Jaya sempat diduduki oleh Belanda dan Jepang, namun dapat direbut kembali pada 1 Maret 1963. Setelah itu, Jayapura mengalami kemajuan pesat dari segi pembangunan ekonomi hingga masyarakatnya. Jayapura banyak dikelilingi pulau-pulau serta pantai dan lautan yang eksotis.

Gempa 5,3 SR Kembali Goyang Jayapura pada 18 September


Gempa bumi kembali menggoyang tanah air. Kali ini, lindu berkekuatan 5,3 Skala Richter (SR) menggetarkan Jayapura, Papua, Minggu sore ini sekitar pukul 16.17 WIT. "Lokasi gempa berada di 1.95 Lintang Selatan -140.62 Bujur Timur atau 71 kilometer barat laut Jayapura," tulis laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bmkg.go.id, Minggu (18/9/2016) sore. Menurut BMKG, gempa berkedalaman 10 kilometer, namun lindu ini tak berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.

Biaya Logistik ke Jayapura Lebih Mahal Ketimbang Tiongkok


Biaya logistik transportasi laut menuju Indonesia wilayah bagian timur masih mahal. Bahkan, biaya logistik ke Tiongkok dan Singapura lebih murah ketimbang ke Indonesia bagian timur. "Ini adalah gambaran biaya logistik, Priok ke Banjarmasin US$ 650 satu kontainer. Sementara Priok-Guangzhou US$ 400, Priok-Singapura US$ 185, Priok-Jayapura US$ 1.000," ucap Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Adolf Tambunan, dalam acara Rapat Kerja Nasional 2016 INSA yang digelar di Hotel Double Tree Cikini, Jakarta, Senin (16/5/2016). Adolf mengatakan, hal tersebut bukan semata-mata karena angkutan perairan yang tidak efisien. Dia menyebut, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan biaya logistik ke Indonesia Timur menjadi lebih mahal. Di antaranya, kurang tersedianya akses jalan dan transportasi di darat.