Sukses

Berbekal 'Surat Sakti', Sawit Jambi Tembus Pasar Eropa

'Surat sakti' itu merupakan yang pertama kalinya di dunia yang diberikan kepada kelompok petani sawit

Liputan6.com, Jambi - Sekian lama didera harga yang tidak stabil, kini sejumlah petani sawit di Jambi mulai bisa bernafas lega. Seiring membaiknya harga maupun kualitas sawit, petani di Jambi baru saja menerima pengakuan dari kalangan pasar internasional, khususnya Eropa.

Pengakuan tersebut berupa pemberian 'surat sakti' atau sertifikat khusus bagi petani sawit di Jambi berupa International Sustainability and Carbon Certification (ISCC). Sertifikat ini merupakan pengakuan khusus untuk pengelolaan hasil perkebunan.

Managing Director ISCC, Andreas Feige mengatakan, dengan sertifikasi ISCC itu, petani sawit swadaya di Jambi akan mendapatkan sejumlah manfaat. Salah satunya adalah akses pasar internasional, khususnya di Eropa.

"Petani juga akan mendapatkan harga jual premium atau lebih tinggi," ujar Andreas di Jambi, Senin 26 Maret 2018.

Kelompok petani sawit swadaya yang menerima sertifikasi itu adalah kelompok tani dari KUD Makarti asal Desa Petaling, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi.

KUD Makarti didirikan sebagai bagian dari program kemitraan sebuah proyek untuk pengelolaan berkelanjutan melalui model pertumbuhan ekonomi rendah karbon.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sertifikasi Petani Sawit Pertama di Dunia

Andreas mengklaim, pemberian sertifikasi khusus tersebut merupakan yang pertama di dunia diberikan kepada kelompok tani kelapa sawit swadaya.

Dengan sertifikasi dari ISCC itu, maka petani yang tergabung dalam KUD Makarti akan dapat berperan langsung dalam mekanisme pengelolaan perkebunan kelapa sawit swadaya secara berkelanjutan.

Melalui sertifikat ISCC itu pula, diketahui produk kelapa sawit yang dihasilkan petani di KUD Makarti bukan berasal dari sumber perusakan hutan. Melainkan dari hasil pengelolaan secara berkelanjutan sehingga bisa diterima oleh pasar internasional, khususnya di Eropa.

Menurut Andreas, pasar Eropa menghendaki adanya perkebunan rendah karbon. Salah satunya adalah mendapatkan produk kelapa sawit yang dihasilkan melalui pengelolaan berkelanjutan, bukan dari hasil membabat hutan maupun pembukaan lahan gambut.

"Di Indonesia sudah ada 200 sertifikat ISCC yang diberikan baik kepada organisasi maupun perusahaan yang bergerak pada bidang pengelolaan kelapa sawit," ujar Andreas menjelaskan.

 

3 dari 3 halaman

Tarik Investor

Wakil Gubernur Jambi, Fachrori Umar yang ikut menyaksikan proses penyerahan sertifikat ISCC itu mengaku amat bangga dan kagum atas perjuangan sejumlah petani sawit di Jambi hingga bisa diakui secara internasional.

Berbekal serfitikasi tersebut, ia berharap produk kelapa sawit yang selama ini menjadi salah satu unggulan di Provinsi Jambi bisa makin dikenal di kancah internasional.

Sertifikasi tersebut, kata dia, juga menjadi tanda, apabila kualitas petani di Jambi semakin maju dan meningkat. Artinya, untuk membuka lahan perkebunan sawit yang membutuhkan wilayah yang luas tidak melulu harus dengan cara membuka hutan atau merusak lahan gambut.

Fachrori juga berharap, sertifikasi tersebut bisa memicu para petani lain di Jambi untuk ikut mendorong terciptanya perkebunan sawit melalui pengelolaan berkelanjutan.

"Bila sistem ini diterapkan dengan baik ekosistem terjaga, fungsi ekologis tidak hilang. Tentunya investor juga akan tertarik," ucap Fachrori.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini