Sukses

Wapres Berharap, Sony Tak Jadi Menutup Pabrik

Sony Corporation Jepang diharapkan tak jadi menutup pabrik mereka di Indonesia. Menperindag diminta mengevaluasi dan menjelaskan tentang rencana penutupan maupun relokasi pabrik perusahaan asing.

Liputan6.com, Jakarta: Wakil Presiden Hamzah Haz berharap, Sony Corporation Indonesia Jepang tak jadi menutup pabrik mereka di Indonesia, PT Sony Electronics Indonesia (PT SEI). Meski langkah itu dipahami sebagai hasil analisis perkembangan usaha mereka, tapi diharapkan Sony tetap mempunyai akses di Indonesia. "Apalagi, Sony sudah lama beroperasi di Tanah Air," kata Hamzah di Jakarta, Rabu (27/11), menyusul rencana Sony Corporation Jepang menutup pabrik audionya PT SEI akibat persaingan ketat dari industri sejenis asal Cina [baca: PT Sony Akan Menutup Pabrik di Indonesia].

Wapres menegaskan bahwa langkah itu adalah keputusan Sony dengan dasar pertimbangan dalam masalah jaringan perusahaan. "Itu tak bisa dihubungkan dengan kondisi keamanan di Indonesia," kata dia. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan itu berharap menteri terkait dapat mengevaluasi serta menjelaskan kepada masyarakat tentang rencana penutupan maupun relokasi pabrik perusahaan-perusahaan asing yang berproduksi di Indonesia. Penjelasan evaluasi itu penting untuk mencegah masalah baru dengan terciptanya opini tentang kondisi yang tidak aman di Indonesia.

Hamzah menambahkan, Depperindag sebagai instansi terkait juga harus secara dinamis melihat kemungkinan-kemungkinan terjadi relokasi dan penutupan pabrik. Dengan begitu, jumlah pengangguran di Indonesia yang kini tercatat sekitar 40 juta jiwa tak semakin membengkak.

Imbauan Wapres cepat ditanggap. Di tempat terpisah, Menperindag Rini M. Suwandi menegaskan, penutupan itu diputuskan tanpa melibatkan Sony Indonesia. Keputusan tersebut murni dari Sony Corp. yang akan mengurangi pabrik mereka di luar negeri dari 70 menjadi 54 dengan alasan efisiensi. Namun, Rini mengakui, pihak Sony juga mengangkat masalah transparasi pajak dan kepabeanan. Kendati begitu, Rini mengatakan, Sony Indonesia masih akan mempertanyakan dan mengecek hal tersebut pada Sony Corp. di Jepang.

Kondisi ini juga disimak Presiden Megawati Sukarnoputri. Dia mengeluhkan kinerja pengadilan dan Mahkamah Agung dalam pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang menghambat arus investasi di Indonesia. Masalah lain yang mengganggu iklim investasi adalah transparansi pajak, kepabeanan, dan perburuhan, seperti yang disinyalir Rini.

Rencana manajemen Sony Corporation Jepang menutup pabrik di sejumlah negara, termasuk Indonesia membuat ribuan pekerja perusahaan raksasa itu terancam pemutusan hubungan kerja. Saat ini Sony Indonesia mempekerjakan sekitar 1.000 karyawan. Serikat Karyawan Sony Indonesia mengakui telah mendengar rencana itu sejak tiga pekan terakhir.

Pernyataan resmi rencana penutupan itu baru diungkapkan pihak manajemen PT SEI dengan memperlihatkan surat keputusan kantor pusat Sony Corporation di Jepang. Surat itu menyebutkan bahwa penutupan PT SEI akan dilakukan pada Maret 2003. Sebagian produk elektronik yang dihasilkan Sony Indonesia akan dialihkan ke Malaysia. Alasannya, perusahaan itu akan merestrukturisasi dan reorganisasi bisnis di kawasan Asia Tenggara.

Namun terbetik kabar, alasan utama penutupan itu karena biaya produksi di Indonesia dianggap jauh lebih mahal dibanding negara lain. Pada 1999, jumlah pabrik Sony di seluruh dunia mencapai 70 unit. Namun kini, jumlahnya akan diperkecil menjadi hanya 54 unit. Pabrik Sony di Indonesia memproduksi berbagai perlengkapan audio, seperti stereo system komponen mini sejak Maret 1992. Hasil penjualan produk audio Sony mencapai 15 miliar yen atau sekitar US$ 122 juta per tahun. Pada 2000, PT SEI juga telah menutup unit produksi televisi dan mem-PHK sekitar 500 karyawan.(DEN/Dandhy Dwi Laksono dan Prihandoyo)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.