Sukses

Pemerintah Diminta Berani Bela Kepentingan Nasional

Pemerintah diminta lebih bekerja keras dan berani membentengi kepentingan nasional guna menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri. Hal ini menyusul krisis ekonomi global yang melanda sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta: Di tengah krisis ekonomi global yang melanda sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat, pemerintah diminta lebih bekerja keras. Terutama, membentengi kepentingan nasional agar Indonesia tidak ikut ambruk dalam krisis yang berkepanjangan.

"Salah satunya adalah kebijakan ekonomi yang lebih memprioritaskan ketahanan ekonomi dalam negeri. Tingginya angka pertumbuhan ekonomi selama ini, hanya menjadi halaman muka saja, karena tidak dibarengi dengan pertumbuhan di sektor mikro," kata Ahmad Jabidi Ritonga, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) di Jakarta, Rabu (18/7).

Jabidi menambahkan, pertumbuhan ekonomi hanya dilihat dari angka-angka perdagangan semata dan mengandalkan sektor konsumsi. Seharusnya, masyarakat Indonesia harus disadarkan tidak menjadi masayarakat yang terlalu konsumtif agar keseimbangan terus terjadi.

"Sementara di sisi lain sektor-sektor strategis nasional perlu diperkuat. Perubahan isu pada level gelobal, regional tentu sangat berdampak pada kebijakan ekonomi Indonesia," tuturnya.

karena itu, Jabidi menambahkan, sudah saatnya kedaulatan ekonomi nasional terutama pangan dan energi jangan sampai digadaikan hanya karena ambisi pemerintah mendapatkan simpati dan pujian di mata internasional.

"Orientasi kebijakan ekonomi nasional bukan hanya pada aspek pertumbuhan, tetapi juga pemerataan. Terintegrasinya semua kawasan dalam skema pembangunan nasional menjadi sangat penting, dengan asas keadilan dan kesejahteraan, tentu juga dengan melindungi kearifan lokal," ucap Jabidi.(ADI/ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.