Sukses

Gangguan Mental Menular atau Tidak?

Sebagian orang meyakini bahwa gangguan mental seperti kecemasan atau depresi dapat menular, sama mudahnya seperti penularan flu.

Liputan6.com, Jakarta Sebagian orang meyakini bahwa gangguan mental seperti kecemasan atau depresi dapat menular, sama mudahnya seperti penularan flu. Hal itu diungkap oleh sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Memory & Cognition.

Para partisipan dalam studi beranggapan mereka bisa "terjangkiti" kondisi serupa setelah berinteraksi dengan individu yang hidup dengan kecemasan, penyalahgunaan alkohol, anoreksia, bahkan schizoprenia. Faktanya, para ahli mengatakan bahwa penyakit mental tidak menular. Meski begitu, ada kemungkinan kita menyerap emosi serta kebiasaan orang-orang yang hidup di dekat kita.

Jadi, bila sahabat atau anggota keluarga Anda ada yang mengalami gangguan kecemasan konstan dan selalu selalu khawatir atau stres, Anda akan bisa mulai merasa hal yang sama. Bahkan Anda mungkin akan menyadari adanya perubahan mood pada diri sendiri setelah mengunjungi saudara yang tengah depresi.

"Emosi itu menular karena kita makhluk sosial yang merespons pada lingkungan," ujar psikolog klinis dan forensik Judy Ho, PhD. "Penularan emosi adalah perasaan atau cara mengekspresikan emosi serupa pada orang-orang di sekitar Anda karena perasaan mereka membuat Anda mempercayai bahwa Anda harus memiliki reaksi emosi yang sama. Kita melihat orang lain untuk merespons sesuatu dan penularan emosional adalah bentuk ekstrem hal tersebut," jelasnya.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lebih rumit dari tertular flu

Namun, merasakan kecemasan yang serupa dengan yang ditunjukkan oleh teman Anda tak berarti Anda memiliki gangguan kecemasan seperti mereka. Ini karena penyakit mental tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang lainnya seperti flu. "Disfungsi psikiatri dan psikologis bukanlah disebabkan oleh agen penularan karenanya seseorang tidak bisa 'tertular' dari individu yang sakit," asosiat profesor psikiatri Gail Saltz, MD menjelaskan.

Penyakit mental lebih rumit daripada tertular flu karena seseorang bersin di dekat Anda, atau merasa stres karena gangguan kecemasan sahabat Anda sedang muncul, melansir laman Health.com.

"Penyakit mental dianggap disebabkan oleh berbagai faktor genetika, biologis, maupun lingkungan," Ho menjelaskan. "Menurut temuan, sebagiannya bersifat diturunkan, karena penyakit mental cenderung dialami oleh orang-orang yang keluarganya juga memiliki gangguan mental. Faktor lingkungan seperti trauma, pelecehan semasa kecil, atau bahkan paparan kondisi negatif atau racun sebelum lahir juga dikaitkan dengan penyakit mental."

3 dari 3 halaman

Bicarakan dengan ahlinya

Bila Anda khawatir memiliki gangguan mental, sebaiknya periksa apakah ada anggota keluarga yang mengalami hal itu, alih-alih mengkhawatirkan menghabiskan waktu dengan inividu yang hidup dengan masalah mental.

"Interaksi sosial bisa meningkatkan risiko diagnosis penyakit mental bisa jadi karena fakta bahwa emosi bisa dengan mudah menyebar dari satu orang pada orang lainnya," ujar Ho. "Tapi emosi hanyalah semntara dan tidak mewakili penyakit mental yang memerlukan pengobatan."

Bila Anda merasa masih tidak yakin, Anda bisa berkonsultasi pada terapis untuk mengetahui apakah terpengaruh oleh orang dengan penyakit mental atau tidak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.