Sukses

Kacamata Pintar Google Glass Kini Bisa Bantu Anak Autisme Bersosialisasi

Seperti julukannya, Kacamata pintar ini ternyata dapat membantu penderita autisme dalam meningkatkan kemampuan mereka bersosialisasi.

 

Liputan6.com, Jakarta Google glass bisa dibilang tak ubahnya kacamata pintar impian hampir seluruh kalangan. Dan tentunya diharapkan agar pengguna google glass ini akan mendapatkan kemudahan informasi secara streaming atau langsung.

Seperti julukannya, teknologi yang dikembangkan oleh Google ini ternyata dapat membantu penderita autisme dalam meningkatkan kemampuan mereka bersosialisasi.

Seperti yang diketahui, penyandang Autisme Spektrum Disorder (ASD) memiliki gangguan dalam bersosialisasi. Namun, terdapat penelitian yang mengemukakan bahwa perangkat google glass ini dapat melatih penyandang autisme dalam membaca emosi pada wajah seseorang. Oleh karena itulah kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain dapat meningkat.

Melansir dari laman South China Morning Post, Selasa (17/7/2018), perangkat Google Glass ini dapat digunakan sebagai alat bantu terapi bagi penyandang autisme.

Pendiri Proyek Kacamata Autisme, Catalin Voss mengatakan bahwa tidak cukup banyak tenaga terapis yang tersedia untuk membantu penyandang autisme. Hadirnya kacamata ini diharapkan dapat membantu mereka. Setidaknya untuk meningkatkan kemampuan penyandang autisme dalam berinteraksi dan memahami emosi yang tersampaikan dalam wajah seseorang. 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cara kerja Google glass untuk bantu penyandang autisme

The Autism Glass Project ini mengumpulkan data real-time dari frame, kemudian memproses informasi di ponsel pintar dan aplikasi, termasuk sistem komputasi berbasis kecerdasan buatan. Setelah itu, dipancarkanlah informasi kembali ke pengguna. Sensor yang melacak ekspresi dan gerakan mata yang terletak pada perangkat bertujuan untuk memberikan informasi real-time tentang isyarat sosial kepada penggunanya.

Perangkat ini dapat mengenalkan pengguna pada delapan emosi, seperti kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan rasa jijik.

Meskipun begitu, penelitian mengenai perangkat dapat membantu meningkatkan kemampuan sosial penyandang autisme belum dilakukan pada sebagian besar orang dengan autisme. Sehingga masih sulit untuk menyimpulkan apakah perangkat tersebut akan berhasil untuk setiap anak atau tidak. Ini dikarenakan setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. 

 

Penulis: Jihan Khaldaf

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.