Sukses

Potensi Gejala Awal Parkinson Bisa Dilihat dari Kondisi Tidur

Sebuah penelitian terbaru dari Danish University menghubungkan kondisi tidur yang buruk dengan penyakit saraf seperti Parkinson dan Demensia

Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian terbaru dari Danish University menghubungkan kondisi tidur yang buruk dengan penyakit saraf seperti Parkinson dan Demensia.

Studi yang dilakukan di Aarhaus University menemukan bahwa orang yang memiliki masalah tidur ketika dalam kondisi fase REM (rapid eye movement) memiliki tingkat dopamin yang lebih rendah pada otak mereka.

Rendahnya tingkat dopamin ini bisa menjadi peringatan dini untuk penyakit seperti Parkinson. Masalah tidur pada fase ini dinamakan RBD (REM behavior disorder).

REM adalah kondisi dimana seseorang tertidur lelap dalam diam dan bermimpi. Para penderita RBD ini diindikasikan sebagai orang yang bisa bertingkah laku secara fisik terhadap mimpi mereka seperti menendang dan pergerakan lainnya. 

Penyakit Parkinson menyebabkan kerusakan sel saraf yang menyebabkan jatuhnya level dopamin pada otak. Dan jatuhnya level dopamin akan menyebabkan timbulnya gejala Parkinson, termasuk terganggunya fungsi motorik dan pada akhirnya menyebabkan demensia.

 

Saksikan juga video berikut ini: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Studi pertama kaitan inflamasi otak dengan risiko Parkinson

“Para pasien RBD ini memiliki inflamasi pada otak mereka pada area dimana sel penghasil dopamin berada,” ujar Morten Gersel Stokholm dari Aarhaus University, melansir laman Medical Daily, Rabu (20/12/2017).

Penelitian baru yang dipublikasikan para jurnal neurologi The Lancet Neurology ini merupakan yang pertama kali mengidentifikasi inflamasi otak pada pasien RBD sebagai pendahulu Parkinson.

“Dengan studi ini, kita mendapatkan pengetahuan baru menegnai proses penyakit ini di otak pada tahap awal pembentukan penyakit ini pada seseorang. Tujuan dari pengetahuan baru ini agar bisa digunakan untuk menetukan pasian mana yang mengamali gangguan tidur yang akan mengidap penyakit Parkinson ini. Dan bersamaan dengan itu, pengetahuan ini juga bisa membantu pembuatan obat baru yang bisa menghentikan atau memperlambat penyakit itu,” ujar Stokholm.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.