Sukses

Nibiru Akan Tabrak Bumi Usai Gerhana Matahari 2017? Ini Faktanya

Sejumlah orang mengaitkan gerhana matahari total 2017 di Amerika Serikat dengan kehancuran Trump bahkan kiamat yang konon dipicu Nibiru.

Liputan6.com, Jakarta - Para pencinta teori konspirasi seluruh dunia mengaitkan fenomena alam gerhana matahari total dengan sejumlah ramalan, dari kehancuran kekuasaan Donald Trump hingga kiamat yang konon dipicu sebuah 'planet liar'. 

Sejumlah orang berpendapat bahwa sebuah planet akan menabrak Bumi pada September nanti dan gerhana matahari yang segera menjelang menjadi mulainya kiamat.

Davide Meade, penulis "Planet X – The 2017 Arrival" berpendapat bahwa planet Nibiru -- yang dikenal juga sebagai Planet X --akan menabrak Bumi pada 23 September 2017.

Para ilmuwan membantah keberadaan planet tersebut, tapi Meade merasa yakin karena mengaku telah menemukan ayat Kitab Suci untuk mendukung pandangannya.

Seperti dikutip dari The Telegraph pada Rabu (9/8/2017), pada awal tahun ini Meader meramalkan bahwa Nibiru akan menabrak Bumi pada Oktober. Sekarang, ia memajukan tanggal itu hingga beberapa minggu.

Di Amerika Serikat, gerhana matahari total yang dijuluki The Great American Eclipse akan melingkupi sebagian besar wilayah AS dalam kegelapan pada tanggal 21 Agustus nanti.

Tapi dari mana datangnya teori itu?

Walaupun kekurangan bukti, David Meade dan beberapa pencinta teori konspirasi – mengaku bahwa ayat-ayat Alkitab dan keberadaan gerhana matahari itu mendukung pemikiran bahwa kiamat sudah dekat.

Pada awal bulan ini, Meader menjelaskan kepada The Daily Star, "Peristiwa The Great American Eclipse pada 12 Agustus 2017 nanti adalah pertanda besar datangnya kiamat.”

Para pencinta teori konspirasi merujuk kepada peringatan dalam Perjanjian Lama, tepatnya dalam Yesaya 13:9, yang berbunyi, "(9) Sungguh, hari Tuhan datang dengan kebengisan, dengan gemas dan dengan murka yang menyala-nyala, untuk membuat bumi menjadi sunyi sepi dan untuk memusnahkan dari padanya orang-orang yang berdosa."

Selanjutnya, Yesaya 13:10 berbunyi, "Sebab bintang-bintang dan gugusan-gugusannya di langit tidak akan memancarkan cahayanya; matahari akan menjadi gelap pada waktu terbit, dan bulan tidak akan memancarkan sinarnya."

Meade mengatakan bahwa ayat itu berkaitan dengan apa yang diistilahkannya dengan "33 Convergence", ketika semua rentetan kejadian mencakup angka 33.

"Ketika gerhana terjadi pada 21 Agustus, fajar akan gelap seperti dinubuatkan Yesaya. Bulan saat itu disebut bulan hitam. Hal demikian terjadi setiap 33 bulan. Dalam Alkitab, nama Elohim muncul 33 kali."

Ia menambahkan, "Gerhana mulai di Lincoln Beach, Oregon -- negara bagian ke-33 -- dan berakhir di 33 derajat di Charleston, South Carolina. Gerhana matahari seperti itu belum pernah terjadi lagi sejak 1918, yaitu 99 tahun lalu -- atau 33 kali 3."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Fakta Planet Nibiru

Sudah lama Nibiru dituduh jadi biang keladi terjadinya kiamat. Konon, objek yang disebut juga sebagai 'Planet X' itu akan menabrak Bumi.

Akibatnya, ia akan menghentikan rotasi, membalik kutub utara ke selatan, mengganggu inti planet ini, membuat kerak Bumi guncang, dan akhirnya menyudahi peradaban umat manusia.

Seperti dikutip dari Metro, penulis Zecharia Sitchin kali pertama menulis Nibiru dalam bukunya 'The 12th Planet' yang rilis pada 1976 lalu. Konon, planet itu dihuni alien cerdas, Annunaki -- yang kata dia, menciptakan ras manusia.

Dan, adalah Nancy Lieder yang mencetuskan Nibiru sebagai pemicu malapetaka pada tahun 1995. Ia mengaku tahu keberadaan planet yang besarnya 4 kali Bumi itu dari makhluk ekstraterestrial di sistem Zeta Reticuli.

Ramalan pertamanya bahwa 'akhir dunia' pada 2003 gagal total, kemudian dimundurkan pada 2010, lagi-lagi keliru.

Di tengah maraknya isu kiamat Suku Maya, Nibiru kembali tenar. Namun ketika tak ada apapun yang terjadi pada 21 Desember 2012, ia kembali terlupakan.

Belakangan, isu terjadinya kiamat yang dipicu Nibiru kembali mengemuka -- setelah desas-desus 'kiamat' 29 Juli palsu belaka.

Pencetus teori konspirasi mengaitkan Planet X tersebut -- yang konon makin mendekati Bumi -- dengan fenomena "blood-moon" atau bulan merah darah yang terjadi pada 2016.

Sebuah saluran situs berbagi video mengklaim, penampakan Nibiru yang berada di samping blood moon telah tertangkap kamera untuk pertama kalinya di Pennsylvania, Amerika Serikat.

Rekaman itu mengklaim, Nibiru lah yang sesungguhnya menyebabkan Bulan berubah warna menjadi merah -- yang membuat fenomena blood moon, yang sejatinya jarang, berulang beberapa kali tahun 2016.

Astronom NASA sekaligus manajer Program Objek Dekat Bumi di Laboratorium Jet Propulsion, Don Yeomans mengatakan, "Tak ada bukti tentang keberadaan Nibiru," kata dia.

Dugaan bahwa Nibiru bersembunyi di balik Matahari, juga disanggah. "Kalau benar ia tak bisa selamanya berada di balik Matahari, semestinya kita sudah melihatnya bertahun-tahun lalu."

Bagaimana dengan tudingan bahwa NASA dan para astronom bersekongkol untuk menyembunyikan keberadaan Nibiru? "Tak ada satu cara pun di muka bumi ini untuk memaksa para astronom diam." 

Saksikan video terkait Planet Nibiru berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.