Sukses

Indonesia Kembali Menangis

Keramaian kawasan Segitiga Emas Kuningan, Jaksel, berubah menjadi kekacauan dan kepanikan. Warga panik dan histeris. Onggokan daging manusia berserakan di sekitar lokasi kejadian.

Liputan6.com, Jakarta: Indonesia kembali berduka. Bom berkekuatan besar mengguncang kawasan Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/9) sekitar pukul 10.15 WIB. Ledakan terjadi di depan pintu masuk Gedung Kedutaan Besar Australia (selanjutnya disebut Bom Kedubes Australia) Kavling C15-16. Dalam hitungan detik, kaca-kaca jendela gedung di sekitar Kedubes Australia hancur berantakan. Korban pun berjatuhan. Hingga saat ini, delapan orang dipastikan tewas dan 100 lebih mengalami luka-luka.

Hiruk-pikuk keramaian di kawasan Segitiga Emas Kuningan, tadi pagi berubah menjadi kekacauan dan kepanikan. Warga yang berkegiatan di kawasan ini panik dan histeris. Onggokan daging manusia berserakan di sekitar lokasi kejadian. Saat kepanikan melanda, tiba-tiba masyarakat di kawasan Kuningan dikejutkan oleh beredarnya isu adanya bom kedua yang akan meledak [baca: Diduga Masih Ada Bom yang Belum Meledak]. Untung, isu itu tidak terbukti.

Sejumlah saksi mata menyatakan, peristiwa ledakan bom itu berlangsung sangat cepat. Menurut Andri, ia mendengar ledakan yang sangat keras dan kaca-kaca di sejumlah gedung pecah berantakan dalam waktu bersamaan. Setelah itu, tukang ojek di kawasan Kuningan ini melihat banyak korban berjatuhan. Korban kebanyakan mengalami luka akibat pecahan kaca jendela gedung. Keterangan nyaris serupa disampaikan Effendi, anggota satuan pengamanan di Kuningan, dan Dadang, warga sekitar lokasi kejadian. Sementara bocah yang dikabarkan hilang kini sudah ditemukan. Putra seorang korban tewas itu masih mendapat perawatan di Rumah Sakit Medical Metropolitan Center (MMC) Kuningan, Jaksel [baca: Ibu dan Anak Dipisahkan Ledakan Bom].

Beberapa perkiraan bermunculan, terutama berkaitan dengan kendaraan yang membawa bom untuk diledakkan. Perkiraan pertama adalah bom mobil. Spekulasi ini menyatakan bom berasal dari mobil sejenis minibus. Mobil ini diperkirakan berjalan lambat di depan Kedubes Australia. Diduga mobil minibus tersebut ikut hancur bersama ledakan bom. Jika asumsi bom mobil yang digunakan pelaku maka besar kemungkinan si pembawa bom yang berada di dalam mobil akan ikut tewas.

Dugaan polisi ini diperkuat keterangan Abdulah Amsar, korban luka yang juga anggota Satuan Pengamanan Kedubes Australia. Sebelum ledakan, Amsar sempat melihat sebuah mobil melintas. Setelah mobil yang diduga jenis Carry itu melintas, ledakan pun terdengar membahana. "Mobil nggak ada mukanya, kaya Carry. Saya nggak tahu pasti," aku Amsar yang mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya ini.

Sementara spekulasi kedua menyatakan bom dibawa dengan menggunakan sepeda motor. Dugaan ini muncul karena ada saksi mata yang juga menjadi korban luka mengatakan bahwa ia melihat orang mengendarai sepeda motor melintas dan melemparkan tas. Bungkusan itulah yang diyakini sebagai bom yang meledak. Saksi mata menyatakan, jika asumsi ini benar maka setelah tas dilempar pengemudi sepeda motor dapat melarikan diri karena ia berada di jalur cepat.

Ledakan bom di Kuningan yang menewaskan delapan orang ini mendapat kutukan keras berbagai pihak. Pemerintah Indonesia melalui Presiden Megawati Sukarnoputri mengutuk keras peristiwa tersebut. Kecaman Mega disampaikan langsung ketika Presiden bersama rombongan berkunjung ke lokasi kejadian setelah membatalkan semua acara di Brunei Darussalam [baca: Presiden Megawati Mengutuk Pengeboman di Rasuna Said].

Kecaman keras pun datang dari Edward, warga Flores, Nusatenggara Timur. Ia berharap pemerintah segera membentuk tim khusus untuk mengusut kasus peledakan ini. Edward menyampaikan ketidakpuasannya atas kerja Polri selama ini dalam mengusut kasus peledakan. Tanggapan juga datang dari Mustofa yang tinggal di kawasan Kuningan, sekitar 300 meter dari lokasi ledakan. Ia mengaku sangat kaget saat mendengar ledakan. Semula ia menduga Gedung Plaza 89 yang dibom.

Iwan dari Bogor, Jawa Barat, pun mengecam keras tindakan terorisme tersebut. Iwan sangat berharap pemerintah, khususnya Polri segera mengusut dan mengungkap pelakunya. Hal yang sama disampaikan Sulaeman dari Medan, Sumatra Utara. Hanya saja, Sulaeman menyayangkan intelijen Indonesia yang dinilai lemah dalam melacak keberadaan dan rencana pengeboman itu. Padahal, Kepala Polri Jenderal Polisi Da`i Bachtiar pernah mengungkapkan bahwa ada kemungkinan Doktor Azhari dan Noordin Mohammad Thop, tersangka utama peledakan Bom Bali dan Hotel JW Marriott Jakarta, akan kembali beraksi pada saat kampanye Pemilu 2004.

Warga seakan tak percaya bom berdaya ledak tinggi setelah peristiwa Marriott, 5 Agustus 2003, ini terjadi lagi. Ledakan ini dipastikan lebih hebat dan menyerupai bom di Paddy`s Cafe dan Sari Club Bali, 12 Oktober 2002.

Rangkaian teror bom demi bom memang tak bisa dilepaskan dari keberadaan dua teroris buronan utama Polri, Azhari dan Noordin M. Thop. Dua tokoh itulah yang selama ini diyakini menyimpan segudang amunisi yang siap diledakkan setiap saat. Menurut catatan SCTV, dalam empat tahun belakangan ini tak kurang dari tujuh teror bom besar terjadi di berbagai tempat di Tanah Air. Teror bom terbesar terjadi di Legian, Bali, 12 Oktober 2002 yang menewaskan 200 orang lebih dan ratusan lainnya luka-luka.

Duka Bom Bali ditambah dengan Tragedi Bom Marriott, Agustus tahun silam. Sedikitnya 12 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam peristiwa itu. Diduga, antara satu teror bom dan bom berikutnya ada keterkaitan. Hal ini bisa dilihat dari daya ledak dan modus peledakannya [baca: Bom Bali, Marriott, dan Kuningan Modusnya Serupa]. Oleh media massa Malaysia, Azhari dijuluki The Demolition Man. Azhari diduga menjadi ahli peracik dan perakit bahan Bom Bali dan Marriott.

Kapolri Jenderal Polisi Da`i Bachtiar juga meyakini peledakan Bom Kedubes Australia ini terkait dengan dua buronan paling dicari itu. Sebelum mengunjungi lokasi pengeboman, saat rapat dengan anggota Komisi II DPR, pagi tadi, Da`i tidak menyangka kalau teror bom bakal terjadi hari ini. Kapolri terdiam sesaat mendapat kabar ada bom meledak di depan Gedung Kedubes Australia, justru saat ia menjamin bahwa Indonesia aman [baca: Kapolri: Ledakan Diduga Berasal dari Bom Mobil].

Apa pun modus operandi peledakan ini, yang pasti peristiwa itu membuktikan bahwa Polri dan aparat keamanan Indonesia kembali kecolongan. Kondisi keamanan Indonesia pun kembali dipertanyakan dunia internasional. Kasus ini menoreh luka dalam bagi Indonesia setelah Bom Bali dan Marriott. Dan ironisnya lagi, peristiwa ini terjadi ketika masyarakat Indonesia sedang menyongsong pemilihan presiden putaran akhir. Akankah bom demi bom kembali mengguncang Tanah Air hingga negeri tercinta ini harus terus menangis?(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini